Perkembangan teknologi dan internet telah mempertemukan saya
dengan banyak teman. Berkumpul dalam satu wadah, berkenalan, berbincang-bincang
lewat dunia maya kemudian timbul rasa
nyaman sehingga terjalin keakraban antar individu. Bertemu dengan teman-teman
dengan minat yang sama bukan tidak mungkin akan mempercepat apa yang kita tuju. Jika melakukan
sendiri sulit, mungkin dengan bersama-sama bisa mempermudah.
Informasi
tersebar luas di dunia maya. Apapun yang kita cari
mungkin bisa dengan mudah di dapatkan. Belajar tak lagi harus di
sekolah, kita
bisa belajar dari mana dan kapan saja, banyak orang-orang yang bergelut
di
bidangnya dengan senang hati membagi ilmunya di media sosial, website,
portal
maupun blog. Sampai ada sebutan Google Univesity, mungkin istilah itu
lahir
dari banyaknya orang-orang non akademis yang bisa mahir dengan belajar
otodidak atau sekedar tau dari google. Google memberikan jawaban-jawaban
akan sesuatu yang ingin kita
ketahui.
Ok, sebelum pembahasannya melenceng jauh mending langsung pokoknya
saja. Hehe. Sudah seminggu di grup Whatsapp Klub di adakan sharing dan review
buku oleh masing-masing membernya. Karna dengan begitu di harapkan tiap member
aktif untuk saling berbagi pengetahuan yang di ketahui ke teman-temannya yang
lain di grup. Karna selain dapatkan banyak teman dengan saling
berbincang-bincang kita juga dapatkan pengetahuan-pengetahuan baru dari apa
yang masing-masing kita bagi. Sharing perdana waktu itu di buka oleh isti dan saya.
Beragamnya materi bisa di bahas lewat diskusi, bertukar
pikiran dan saling membagi apa masing-masing member ketahui kepada member yang
lain. Semalam senin , 29 April 2013 pukul 20.00 Wib. Materi yang di bagi oleh
Iska Meta Furi adalah tentang Self Publishing atau Penerbit indie yang dia
dapatkan dari berbagai sumber di internet.
- Iska Meta Furi - Grup KB JKT: Assalammu'alaikum wr wb. Selamat malam sahabat klub buku, Kali ini saya, Meta akan membawakan sharing dengan tema indie/self publishing.
Penolakan naskah menjadi semacam “hantu” yang menakutkan bagi penulis, terutama penulis pemula. Berkali-kali karya yang diajukan selalu mentok di meja redaksi. Sudah menjadi pemandangan yang biasa jika para penulis menjajakan karyanya dari pintu ke pintu penerbit. Ada pula yang mengeluhkan kurang transparannya penerbit, jika karya kita telah diterbitkan. Misalnya saja soal pembagian royalti. Bila buku kita sudah diterbitkan di pasaran dan terjual, penulis kerap dipusingkan dengan royalti yang tidak bisa dinikmati langsung. Ada yang mengemplang hasil royalti, ada pula yang memberikannya “setetes demi setetes”.