Tanpa kata, tanpa rasa
Hanya saling menatap, penuh tanda
tanya …
Begitu saja pertemuan kita,
Tak ada yang istimewa, hanya kau
terlihat lebih indah dari yang lainnya
Kebersamaan menghadiahkan
persahabatan
Menyejukkan jiwa yang sunyi menjadi
lebih bernyawa
Hangat tawa menjelma menjadi
dilema,
Ketika hati mulai bicara, kaulah
segalanya …
Seperti mimpi yang menjadi nyata,
kau ada untuk kita
Saling memeluk dalam rasa yang
berbeda,
Menggumamkan kata cinta yang
terlalu biasa,
Membiarkan raga saling merasa,
Mengizinkan hati saling meraba …
Ego tumbuh dengan nyata,
Terlalu banyak kisah yang kita
jalani,
Mengabaikan restu yang harusnya
mendampingi,
Melupakan doa yang selalu
mengiringi.
Hati terbuai dengan kata penuh
ilusi.
Menjadi janji yang tak pasti,
terucap tapi tak terpenuhi …
Inikah yang disebut cinta?
Nyatanya aku masih bertanya,
Hingga jarak ingin menjawabnya …
Ia ada untuk memberi kita ruang,
Ia ada untuk memperjelas semuanya,
Ia ada untuk mengabadikan
segalanya,
Ia hadir disaat kita menginginkan
kebahagiaan…
Cinta tak mengenal jarak, kerana
jarak memperjelas arti cinta…
Jika cinta mempertanyakan jarak, layakkah
itu disebut cinta?
Cinta,
atau hanya sekedar nafsu belaka?
Waktu membantunya untuk memperindah
kita berdua
Inilah kita,
Berjalan demi masa depan tanpa
saling menatap.
Menggapai mimpi yang saling
berhubungan tanpa saling berucap.
Kita sudah tak sama..
Tak ada kata, tak ada rasa, tak ada
air mata..
Tak ada lagi tawa, tak ada lagi
sapa, tak ada mesra..
Tak ada lagi kita..
Semua berubah, semua berjalan
seperti semula …
Hanya saja, hati sudah tak sama ….
Ada nama yang pernah terukir indah
disana,
Sekarang semakin elok tertata rapi,
Terkunci dalam kotak hati,
Hanya menjadi penghias sanubari
Yang pernah menyecap rasa sayang
penuh arti
Hati tak akan pernah mati,
Namun rasa yang sama tak akan
pernah terulang lagi …
*Puisi
ini ditulis oleh Ristinesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar