"Bi,
aku pergi dulu ya? Udah dijemput nih" teriak Lara sambil berlari ke arah
pintu depan.
"Hai,
sudah siap pergi. Yuk langsung aja, ga ada orang di rumah" sapa Lara
sambil mengapit lengan Bayu menuju mobil.
Lara
Utami namanya, seorang mahasiswi tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi
swasta di Jogja. Cowok di sebelahnya yang sedang nyetir namanya Bayu Hanggono,
Lara lebih sering memanggilnya Boboy. Mereka berdua sudah bersahabat sejak
kecil. Lara memang sering pergi bersama Bayu, selain karena pacarnya yang jauh,
orang tua Lara pun lebih tenang ketika Lara bepergian bersama Bayu.
"Aaah,
akhirnya bisa juga keluar rumah.." keluh Lara sesaat setelah duduk dalam
mobil.
"Lagian
lo juga sih Ra, liburan cuma di rumah aja. Kemaren gue ajakin ke pantai ga mau."
timpal Bayu seketika.
"Bukannya
gue ga mau, tapi kemaren kan gue diajak ke Bandung sama orang tua gue. Lo tau
sendiri kan kaya apa orang tua gue kalo udah ada acara keluarga ga bakal ada
yang boleh absen."
"Hahaha,
derita lo sih keluarga bikin acara kaya orang roadshow. Jauh lagi tempatnya." canda Bayu.
Lara
melirik Bayu dengan tatapan kesal sambil mengarahkan tangannya menghidupkan music player dalam mobil Bayu dan
seketika sebuah lagu mengalun menemani perjalanan mereka siang itu.
Andai engkau tahu
Bila menjadi aku
Sejuta rasa di hati …
Lama tlah ku pendam
Tapi akan kucoba mengatakan
Lagu
kesukaan mereka sejak SMA, menjadi lagu andalan yang Lara nyanyikan dengan
iringan petikan gitar oleh Bayu dan semua teman mereka pun tahu lagu itu memang
terasa lebih indah ketika Lara dan Bayu yang membawakan.
~♥~♥~♥~
Tak
lama kemudian mereka sampai di Dream House Cafe, sebuah café bergaya Itali yang
selalu menjadi tempat favorit mereka. Selalu dengan posisi duduk yang sama,
pesanan yang sama, dan juga orang yang sama.
"Hot
americano, hot chocolate, tiramisu, sama red velvet nya satu ya mas?"
tanya pelayan café kepada Bayu.
"Iya
mbak, seperti biasa. Terimakasih ya mbak" jawab Bayu.
Pesanan
yang sama seperti biasanya. Bayu yang selalu memesan tanpa perlu bertanya lagi
kepada Lara. Lara dengan pesanan hot chocolate dan red velvetnya, serta Bayu dengan
hot americano dan tiramisunya. Hingga akhirnya pelayan café pun hafal dengan
pesanan menu mereka.
Café
bergaya classic romantic itu menjadi
tempat yang sering mereka kunjungi. Tempat duduk di pojok café berdekatan
dengan jendela yang mengarah ke jalan depan menjadi pilihan Lara dan Bayu untuk
menghabiskan waktu di sana. Lara yang menghadap ke arah jendela karena ia yang
selalu suka duduk dengan melihat lalu lalang orang melintas di jalan depan
café, dan Bayu yang duduk membelakangi jendela hingga hanya Laralah yang ada di
depan pandangannya.
"Ga
ngerti deh ama cowok, kenapa sih kalo pergi atau mau ngapain suka ilang tiba -
tiba? Dipikir ceweknya ga kepikiran gitu kalo dia pergi ga ada kabar,"
Lara mulai mengeluh.
"Pacar
lo kan emang sibuk Ra, kalo emang dia ga kasih kabar ya wajarlah. Cowok juga
kan ribet kalo kudu terus-terusan sms ceweknya. Sesibuk apapun kan tetep aja
ntar dia sms lo juga, ya kan?"
"Tetep
aja gw kesel, udah berkali-kali kaya gini tetep aja dia suka ilang tiba-tiba.
Gw juga kan khawatir ama dia Boy" Lara meneruskan keluhannya sambil
mengaduk coklat panasnya yang baru saja diantar ke meja mereka.
Bayu
lagi-lagi menimpali dengan tenang "Tunggu aja sebentar, nanti juga dia
bakal sms lo kok Ra. Selalu seperti itu kan? Udah jauhin aja hpnya dulu, lo mau
cari buku apa sih sekarang?"
"Ga
tau mau cari buku apa, kayanya lagi mau baca yang ringan aja kaya novel remaja.
Pusing gw baca text book kampus mulu"
Lara menjawab sambil mulai mengitarkan pandangannya mengelilingi café yang
memang memiliki koleksi buku untuk para pelanggannya.
Berjalanlah
Lara ke arah rak yang penuh dengan novel remaja itu, dan tangannya mengambil
sebuah novel "Ksatria Malam dan Putri
Hujan, Sitta Karina”. Ia mulai kembali ke tempat duduk dan mulai sibuk
membaca tanpa ia sadari, seseorang yang ada di hadapannya masih selalu
memandanginya sejak ia berada tadi. Hal itu tak pernah Lara sadari, meski sudah
sedari dulu hal itu terjadi.
~♥~♥~♥~
Ku ingin kau menjadi milikku
Entah bagaimana caranya
Lihatlah mataku untuk memintamu
Ku ingin jalani bersamamu
Coba dengan sepenuh hati
Ku ingin jujur apa adanya
Dari hati …
Sayup terdengar lagu dari laptop
Bayu, membuatnya hanyut dalam lamunan tentang Lara. Wanita yang selama ini
selalu ada di hatinya. Wanita yang senyumannya mampu meneduhkan hatinya. Wanita
yang selama ini hanya menganggapnya tak lebih dari seorang sahabat. Telah lama
Bayu memendam cinta. Namun Bayu hanya bisa diam, menikmati rasa yang selalu
bermain dalam hatinya.
Perlahan
jari-jari bayu mulai menari di atas kertas dan merangkai kata-kata yang muncul
dari dasar hatinya. Lagi-lagi tentang Lara, dan akan tetap seperti itu, hanya
Lara yang sampai saat ini menjadi penghuni tetap di dalam hatinya.
Tak pernahkah kau sadari.
Hanya aku yang selalu ada untukmu.
Hanya aku yang selalu menemani saat duka menyelimutimu.
Dan hanya aku pula yang selalu ada saat bahagia membuatmu terbang ke
awan.
Aku selalu ada,
Dan akan terus ada untukmu,
Mungkin kau tak pernah menyadari itu,
Mungkin bagimu aku hanya sahabat dan tak pernah lebih dari itu,
Tapi tak apa,
Aku tak akan menuntut banyak,
Bisa selalu ada di sampingmu pun aku bahagia,
Bisa melihat senyum manismu pun aku tenang,
Bisa berbagi sedih dan bahagia bersamamu pun sudah cukup bagiku,
Aku selalu ada,
Dan akan terus ada untukmu.
"Hmm..
Andai saja Lara tau isi hatiku" keluh Bayu sambil memandang ke arah foto
di samping laptopnya.
Lara
yang sama. Tak pernah berubah. Hanya sebatas sahabat untuk Bayu dan status itu
masih setia menemani perjalanan mereka berdua. Bayu masih terus berharap agar
Lara tahu isi hatinya yang sebenarnya. Tapi tak ada yang bisa ia perbuat. Lara
sudah memiliki kekasih. Sudah hampir 7 tahun dia menjalani hubungan jarak jauh
dengan kekasihnya. Dan hanya Bayulah yang selalu menjadi tempat mencurahkan isi
hatinya.
Tahukah kau, cuma kau yang selalu di hatiku?
Tahukah kau, cuma cahaya darimu yang mampu menerangi jalanku?
Tahukah kau, cuma warna indahmu yang selalu menghiasi hariku?
Sampai kapan kau akan menyadarinya?
Sampai kapan hatimu akan tertuju padaku?
Sampai kapan aku harus menunggu?
Aku terus menunggu, dalam sakit
Aku terus menunggu dalam pedih
Pedih yang amat sangat saat namanya yang selalu kau sebut,
Sakit yang selalu menusuk relung hatiku,
Apakah kau sadari itu?
Mungkin tidak,
Mungkin memang harus begini takdirku,
Mengagumimu dalam diam,
Mencintaimu dalam pedihku.
Lagi-lagi kata dari dalam hati Bayu
meluncur begitu saja tanpa diperintah, seperti cinta yang selalu datang tiba-tiba
tanpa pernah disadari keberadaanya.
"Aku tau saat ini cintaku belum bisa
kau sambut, tapi aku tetap yakin, cinta akan menemukan jalannya sendiri menuju
kebahagiaan" gumam Bayu dalam
hati.
~♥~♥~♥~
PIP
PIIPP..
Dering
handphone mengagetkan Bayu yang sedang asyik melamun.
"Ternyata
pesan singkat dari Lara" ucap bayu sambil membuka pesan yang masuk
Boy, lagi sibuk gak? Mau cerita nih, di
tempat biasa yah.
Dengan
cekatan Bayu membalas pesan dari Lara.
Lagi santai aja kok, oke, kapan Ra? Gue
jemput yah.
Gak usah jemput Boy, gue udah di Dream
House kok, lo cepetan ke sini aja :'(
"Ada apa dengan Lara ya? Mendadak
gini ngajak jalannya, semoga gak terjadi apa-apa" gumam Bayu sambil bersiap pergi.
~♥~♥~♥~
"Hei
Ra, ada apaa?? Tumben ngabarinnya mendadak." sapa Bayu sambil menepuk
pundak Lara dari belakang.
Tanpa
disuruh pun Bayu langsung duduk. Masih di posisi yang sama Bayu duduk
membelakangi jendela. Posisi strategis untuk bisa terus menatap wajah teduh
Lara, wajah dengan senyum simetris yang selalu menghiasinya dan sepasang lesung
pipit yang menambah pesonanya. Seperti biasa pelayan cafe menghampiri dan
menanyakan pesanan.
"Pesanan
seperti biasa mas? Hot americano, hot chocolate, tiramisu dan red velvet kan,
Mas?"
"Iya,
seperti biasa. Sampai hafal yah mbak pesenan kami, hehe" canda Bayu kepada
pelayan cafe.
Pelayan
café pergi meninggalkan mereka berdua. Bayu mulai menatap Lara, ada yang
berbeda dari raut mukanya. Tak ada kebahagiaan yang terpancar dari sana. Masih
ada bekas air mata di kedua pipinya. Dalam hati Bayu terus bertanya, ada apa
dengan Lara?
"Lo
kenapa Ra? Habis nangis? Ada apa?"
"Iyah
Boy, gue sedih, Tama mutusin gue."
"Loh,
kenapa??"
"Dia
bilang dia capek hubungan jarak jauh terus, dia bosan, terus gue diputusin.
Padahal gue masih sayang Boy sama dia."
Butiran-butiran
bening dari mata Lara akhirnya keluar, Bayu yang tak tahan melihat Lara
menangis langsung menghampiri Lara. Ia menghapus air mata Lara perlahan sambil
menenangkannya.
"Emang
keputusannya udah final yah harus putus?"
"Gue
juga udah tanyain dia berulang kali Boy, apa dia yakin dengan keputusannya, dan
jawabannya tetap aja dia mau hubungan ini berakhir. Gue sakit Boy, sakit
banget! Terlalu cepat dia pergi, dan gue udah terlalu sayang sama dia."
"Hmm..
yang sabar yah Ra, gue tau perasaan lo. Jangan sedih lagi dong Ra, selama ini
kan dia udah sering diemin lo. Lo anggep dia pacar tapi dia sama sekali ga
memperlakukan lo sebagai pacarnya. Air mata lo terlalu berharga buat dia Ra."
"Tapi
Boy, gw sayang sama dia. Dia yang selalu nemenin gw meski akhirnya kita harus
ngejalanin hubungan jarak jauh."
"Dia
nemenin lo? Terus lo anggep gue apa selama ini? Lo ga pernah nengok ke arah gue
Ra? Gw yang ada sama lo setiap hari, cuma gue yang selalu nemenin lo kemanapun
lo mau. Nyatanya tanpa pernah lo sadari gue punya perasaan yang lebih dari
sekedar sahabat buat lo. Gue sayang sama lo Ra." ungkap Bayu tiba – tiba.
Ada
rasa sesal dalam hati Bayu ketika dia mengatakan segalanya. Kenapa harus sekarang? Kenapa gw ngomong
kaya gini? Aarrrgh..
"Boy??
......... lo?" Lara berlari meninggalkan Bayu yang masih terduduk merutuki
diri.
Tuut
tuut tuuuut.. Bayu masih saja berusaha menghubungi Lara. Sejak mereka berpisah
di cafe, Lara belum juga mengirimi kabar.
Salahkah aku dengan perasaan ini.
Bukankah cinta milik semua orang? Tapi mengapa aku tak bisa merasakannya utuh?
Masih butuh waktukah aku untuk memperjelas apa arti cinta itu? Oh Tuhan,
izinkan aku untuk terus dapat melihat senyum itu seperti yang lalu..
PIP
PIIPP..
Boy,
kasih gw waktu sendiri ya.. Sorry.
Akhirnya
sebuah pesan singkat dari Lara masuk ke ponsel Bayu. Sedikit melegakan namun
nyatanya semakin membuat Bayu sesak memikirkan Lara.
~♥~♥~♥~
Ketika cinta dipertanyakan keberadaannya
Haruskah kamu muncul dengan sejuta kenangan?
Ketika persahabatan ada menguatkan kita
Haruskah itu berakhir dan menyatu menjadi impian?
Ada sebersit rindu ketika tak dapat menyapamu
Butakah aku hingga tak tahu rasa itu
Inikah rasa yang sebenarnya selama ini?
Atau hanya aku yang tak pantas merasakan cinta ini?
Lara
hanya bisa menulis dalam buku hariannya tanpa bisa berkata pada siapapun. Belum
juga dia bertemu dengan Bayu, ada rasa rindu yang hadir ketika ia tak melihat
senyum itu. Senyum yang selalu meyapanya setiap hari. Senyum yang selalu
diperlihatkan ketika menjemputnya. Senyum yang selalu ada untuk sedikit membagi
kekuatan untuknya. Nyatanya Lara rindu semua itu.
"Mungkinkah ini rasaku yang
sebenarnya?" pikir Lara dalam hati.
"Mau
pesan apa, Mbak? Mau pesan sekarang atau nunggu Masnya datang? tumben datang
sendiri, hehe" suara pelayan cafe tiba-tiba mengagetkan Lara.
"Pesan
sekarang aja deh, hot chocolate sama red velvet aja, saya sendirian kok"
jawab Lara.
Pelayan
café pun pergi mengambilkan pesanannya. Dan Lara kembali hanyut dalam
lamunannya. Memikirkan tentang Bayu, memikirkan tentang perasaannya sendiri.
Saat sedang asyik melamun, tiba-tiba ia melihat bayangan yang sudah tak asing
dari jendela café.
"Tak salah lagi, itu Bayu. Dia
selalu tahu di mana harus menemukan aku saat aku tak dapat dihubungi. Memang cuma
di sinilah tempat favoritku, tempat favorit kami. Tempat kami biasanya
menghabiskan waktu berdua"
gumam Lara dalam hati.
"Boleh
aku duduk nemenin kamu?" suara lembut Bayu membuyarkan lamunan Lara.
"Boleh
Boy, duduk aja"
"Maaf
ya Ra tentang ucapan gue kemarin, tapi memang begitulah kenyataannya. Udah lama
gue pendam perasaan ini. Entah sejak kapan cinta itu hadir. Tiba-tiba saja ia
sudah berdiam diri dalam hati, sambil menyembunyikan nama lo dalam diam. Gue
sayang lo Ra, lebih dari sekedar teman, lebih dari sekedar sahabat. Gue selalu
berusaha ada untuk lo kapanpun lo mau. Itu semua karena gue sayang sama lo."
"Ga
apa apa Boy, gue ngerti kok. Gue yang harusnya minta maaf, gue kemaren langsung
pergi ninggalin lo. Gue butuh waktu buat sendiri.".
Mereka
sibuk dengan pikirannya masing-masing dan terdiam canggung
"Gue
........" ucap mereka bersamaan dan mereka tergelak seketika.
"Hahahaa,
mau ngomong apa lo? Gih duluan." ucap Lara.
"Lo
duluan aja deh Ra, kan ladies first."
"Maaf
kalau kemaren gue diem. Kemaren gue mikir tentang apa yang lo bilang. Ada rasa
lain yang tiba-tiba gue rasain. Mungkin aja rasa itu udah lama ada, tapi guenya
yang gak pernah sadar, gue terlalu egois memikirkan diri gue sendiri, tanpa merhatiin
lo yang selalu ada buat gue. Mulai sekarang gue juga mau selalu ada buat lo,
selalu nemenin lo. Kita jalanin hari-hari kita bareng. Seperti dulu, tapi kali
ini dengan rasa yang berbeda. Gue juga sayang lo Boy." Lara berkata sambil
tersenyum ke arah Bayu.
Entah
siapa yang memulai duluan, tangan mereka saling menggenggam. Genggaman tangan
yang sebenarnya sering dilakukan sebelumnya, namun kali ini dengan rasa yang
berbeda. Ada hati yang lebih berdebar dan ada cinta yang sedang tumbuh bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar