... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ...

Senin, 17 Juni 2013

[Cerpen] Dia yang Pertama, Luna

“ Uh! Gila Al, capek banget nih gue.”
“Baru berapa meter Mbul, udah teler aja lu. Makanya lu gue ajakin jogging biar kurusan. Hahaha “
“Kamfret lu Al! “ Kata Gembul sambil mengejar Ale.
Ale dan Gembul adalah sahabat dari TK, mereka bertetangga, mempunyai hobby yang sama, dan bersekolah di sekolah yang sama sejak TK. Ale, yang akrab disapa Al ini berperawakan tinggi, kekar, ia digilai oleh cewek-cewek satu sekolah dan jadi cowok terkeren di sekolahnya. Tapi, berbeda sekali dengan sahabatnya, Gembul (Okesip, ini nama kerennya) ia tak seberapa tinggi, tidak seberapa kekar dan  tidak seberapa digilai cewek-cewek karena dia Gembul dan tidak seberapa ganteng. Nama aslinya? Tentu saja bukan Gembul, tapi Rio Pratama. Gembul suka banget sama bakso dan mie ayam nya pak Gendut yang terkenal “nampol banget”. Tidak heran badannya gembul, segembul bakso Pak Gendut.
            Setiap hari minggu pagi, mereka biasanya jogging disekitar komplek. Al pengen banget temen sepermainannya itu jadi temen sepelaminannya (Okesip, fokus!), maksud gue, Al pengen banget hommie nya yang tidak seberapa ganteng itu punya badan yang agak bagusan (Oke, AGAK). Alesannya klise banget, Ale belum pernah liat Gembul punya pacar. Semoga dengan badannya yang (sekali lagi) agak bagusan bisa dapetin cewek yang dia taksir.
“Gue belum mau pacaran Al, lagian mana ada yang mau ama gue.”
“ Lah, hopeless banget lu?”
“Bukan gitu Al, lu kan tau, gue belum nemu cewek yang kayak Luna Maya”
“ Ya elah Mbul, standar lu turunin dikit ngapa?”
“Ya gimana? Gue tuh udah cinta banget sama Luna, Al.”
“Iya, tapi mau sampe kapan lu nunggu Mbul?”
“Sampe gue ketemu sama pujaan gue yang kayak Luna lah Al.”
“Tapi gue bosen liat lu ngelus-ngelus TV mulu setiap kali ada Luna Maya nongol.”
“Ya suka-suka gue, ngapa lu yang ribet sih?”
Tiba-tiba,
“Eh Mbul, Mbul.. Liat noh!”
“Apasih Al?”
“Lu liat ke jendela atas rumah ijo itu Mbul!”
“Aaa.. paaa s s siihh?” kata Gembul sambil melihat ke arah jendela dan terperangah mengagumi makhluk ciptaan Tuhan itu.
“Gila, Al! Itu Luna, Al? Itu Luna? Seriusan itu Luna?”
“Ck ck ck ck, gila Al.. Lirikan matanya, Luna banget Al! Lu kenal nggak?”
“Boro-boro Mbul. Tapi setau gue, rumah ini baru ditempatin kemarin Mbul”
Gembul masih terpesona, gadis itu lalu tersenyum dan menghilang dari balik jendela.
* * *

            Pertemuan dengan Luna pagi itu membuat Gembul selalu terbayang senyumannya. Setiap kali bayangan itu berada di pelupuk matanya, ia tersenyum seperti orang gila. Tapi, ia jadi bersemangat sekali pergi ke sekolah dan sangat menikmati perjuangannya pulang dan pergi sekolah dengan berjalan kaki. Beruntungnya, ia berteman dengan Al yang sangat pengertian terhadap sahabatnya yang sedang dimabuk cinta itu.
            “Trap, trap, trap” terdengar suara jejak kaki memasuki kelas. Ya, itu suara guru Fisika ter-killer sepanjang masa, anak-anak biasa memanggilnya si Manis, karna ia mempunyai lesung pipi, dan “kemanisannya” telah membuat cewek-cewek satu sekolah terpesona. Ia diberi kelebihan oleh Tuhan, selain kelebihan disiplinnya, kelebihan ilmu, ia juga kelebihan ganteng, begitu kata cewek-cewek SMA Pelita.
            Siang itu, Al, Gembul, Arieta, Jaka, Sulis anak-anak OSIS lainnya sedang berada di ruang OSIS untuk membicarakan acara farewell party untuk kelas XII. Lima sahabat ini ditunjuk oleh Pak Heru untuk mengkordinir acara tersebut. Segala property sudah disiapkan, dan sedang melakukan setting tempat. Tetapi, mereka masih harus memantapkan siapa saja pengisi acara tersebut.
“Eh mbul, gimana menurut lu?” kata Arieta memecahkan lamunan Gembul.
Tapi, Gembul sama sekali tak bergeming,
“Udah deh Ta, dia lagi kasmaran tuh, jangan diganggu, lu mau perutnya tiba-tiba ngeluarin bakso made in pak Gendut?” ledek Ale.
Kemudian semuanya tertawa terbahak-bahak.
“Eh kamfret lu Al, gue denger tau!” kata Gembul kesal.
* * *
            Sore itu, Al dan Gembul terlambat pulang sekolah karena harus menyiapkan acara farewell party yang tinggal satu minggu lagi. Mereka melewati rumah Luna, dan tiba-tiba sosok cantik nan rupawan terlihat sedang menyirami bunga-bunga di halaman. Gembul sangat terpana dengan kecantikannyaa. Seketika jantungnya seperti berhenti berdetak melihatnya tersenyum, ia serasa berada dalam taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga indah, kupu-kupu betina yang saling berkejaran dengan kupu-kupu jantan menghiasi taman tersebut. Ia masih terkagum-kagum memandangi senyum gadis itu.
Seketika, lamunannya buyar mendengar sapaan si Manis.
“Loh, kalian sedang apa disini?” kata si Manis.
“Oh nggak Pak, tadi kebetulan lewat sini” kata Al sambil menarik Gembul.
Diperjalanan pulang,
“Gila! Senyumnya broh. Tapi ngapain ada Si Manis di komplek ini? Jangan-jangan Si Manis sengaja pindah ke komplek ini untuk memata-matai gue, kan gue nggak pernah dapat nilai bagus di mata pelajarannya, supaya dia tau gue belajar apa nggak” batin Gembul.
 “Ah! Tapi itu nggak mungkin.” Kata Gembul sambil menarik nafas panjang.
“Lu kenapa Mbul?”
“Oh, nggak apa-apa Al, ayo buruan jalannya! Gue laper nih, Pak Gendut pasti udah nungguin gue”
“Yee.. Dasar Gembul lu! Makan mulu yang ada di otak lu, gimana mau kurus?” ledek Al dan berlari menghindari kejaran Gembul.
* * *
            Malam itu, Gembul tidak bisa tidur, lagi-lagi ia teringat lirikan dan senyuman gadis yang ia sebut Luna. Ia lalu meraih pulpen di atas meja belajarnya dan menuliskan sebuah puisi.
Pria mana yang tak suka Senyummu juwita Kalau ada yang tak suka Mungkin sedang goblok.
Mata indah bola ping pong Masihkah kau kosong Bolehkah aku membelai Bibirmu yang aduhai
“Ini sih lirik lagunya bang Iwan Fals! Tapi biarin deh, semoga dia suka” batin Gembul.
            Sepulang sekolah, Gembul pergi ke toko bunga bersama dengan Al. Ia ingin memberikan puisi dan bunga untuk Luna. Ia bertekad untuk selalu mengirimkan puisi-puisi indahnya untuk Luna dan rela mengorbankan uang sakunya untuk membeli bunga setiap hari. Tapi, ia tak pernah berharap gadis yang ia sebut Luna itu membalas pesannya. Seolah ia rela berkorban apa saja demi gadis pujaannya. Orang-orang yang pernah berasmara berujar, cinta itu butuh pengorbanan, dan kali ini, Gembul yang tidak pernah merasakan jatuh cinta dengan seorang gadis mulai tergila-gila karena cinta. Gadis itu ia sebut cinta pertamanya karena ia tidak mudah untuk dilupakan, begitu katanya.
            “Gila lu Mbul, gue nggak pernah liat lu segetol ini sama cewek.”
            “Gue juga nggak ngerti Al, mungkin ini cinta ya?”
            “ Sebagai sahabat, gue dukung banget Mbul, semoga jadian ya.”
            “ Yaah.. Elu ngeledek gue apa nyemangatin gue Al? Dia aja nggak tau siapa yang sering nulis puisi dan ngirimin dia bunga tiap hari.”
            “ Ya lagian, kenapa lu nggak pernah nulis nama asli lu di pesan itu?”
Ketika mereka sampai dirumah, tiba-tiba si Mba datang dengan berlari membawa sapu,
“Woh, woh, wooh.. Mba! Siapa yang mau digebukin nih? Ada maling?” kata Al panik.
“Hehehe.. Den Al ini loh ada-ada saja, ini loh Den Mbul, ada kiriman” kata si Mba, pembantu Gembul.
“Dari siapa Mba?”
“Wah, nggak tau tuh Den, alamatnya sih dari komplek sini”
“Oke, makasih ya Mba.”
Gembul lalu mengajak Al ke taman belakang rumahnya dan bergegas untuk membuka surat tersebut.
Terima kasih ya RGP, puisinya bagus-bagus banget. Luna.
 “Al, Al... Gue mimpi nggak? Coba cubit gue?”
Al lalu mencubit pipi Gembul sekuat tenaganya,
“Kamfret lu Al, sakit! Gila lu, kenceng banget lu nyubitnya!” kata Gembul kesal.
“Lah! Lu yang mau kan? Eh ngomong-ngomong, surat dari siapa sih Mbul?”
“Ini deh, lu baca alamatnya!”
“Loh, ini alamat rumahnya Luna bukan sih?”
“Iya, dan lu tau? Namanya beneran Luna! Apa jangan-jangan dia Luna Maya beneran ya?”
“Wah, ngaco lo! Nggak mungkin laah... Kalo emang dia Luna Maya beneran, pasti orang komplek sini udah heboh, apalagi si Mba noh, dia kan Ketua Pergosipan Pembokat. Jelas beritanya udah kemana-mana, dan selama ini kan kita nggak pernah denger gosipnya, Mbul.”
“Aduh! Gue bales apa nih? Apa gue bilang aja ya siapa gue sebenarnya?”
“Emang dia bilang apa sih?” kata Al sambil merebut surat Luna dari tangan Gembul.
“Emmm.. Mendingan jangan dulu deh Mbul, ntar lu kecewa.”
“Lah emang kenapa? Emang lu kenal dia apa?
“Ya kagak.. Tapi kan kita harus nyiapin tindakan sebelum resiko terburuk datang Mbul. Lu-nya jangan gegabah, lagian lu tau nggak si Luna itu single apa nggak. Kalo ternyata dia punya cowok gimana? Nah, kalo lu galau gara-gara Luna, party kita gimana? Deadline nya tinggal tiga hari nih! Lu fokus ke party kita aja dulu ya, abis itu terserah deh lu mau gimana sama si Luna.”
“Ah! Sok bijak banget sih lu Al, tapi iya juga sih, lu emang hommie gue yang paling the best deh!” kata Gembul sambil memeluk Al girang.
“Eh, anjrit lu Mbul, gue bukan maho!”
“Hahaha... Sorry, khilaf gue” kata Gembul sambil merampas surat Luna dan menciumnya.
* * *
            Hari ini adalah hari terakhir persiapan farewell party siswa kelas XII SMA Pelita. Setting ruangan sudah siap, lengkap dengan dekorasi panggung yang keren hasil karya Arieta. Semua ini terselesaikan dengan baik berkat kerja keras lima sahabat itu, teman-teman OSIS SMA Pelita, siswa kelas XII SMA Pelita, dan guru-guru pembimbing acara.
            Pukul 08.00 WITA, para wali murid kelas XII dan para undangan lain telah berdatangan, acara pun dimulai. Tapi, ketika acara berjalan, Gembul melihat pemandangan yang mengagumkan. Ia cantik sekali, memakai baju setengah lengan dan rok panjang yang sederhana tapi terlihat anggun, poni di rambutnya yang panjang bergelombang di sasak sedikit dan dijepit kebelakang seperti iklan produk kecantikan rambut tatanan Chandra Gupta. Dia tampak begitu anggun dan membuat Gembul enggan mengedip.
“Al, Al.. Sini deh!”
“Apasih Mbul? Lu bukannya ngurusin property musik ntar, malah bengong disini” kata Al agak kesal
“Yee.. Lu emang nggak pernah suka ngeliat gue happy ya! Sini deh, lu liat nggak cewek yang digandeng sama si Manis?”
“Yang mana? Yang make baju ijo?”
Al lalu memperhatikannya dengan seksama,
“Eh mampus! Itu Luna bukan sih?”
“Iya, itu Luna, Al.. Luna!” kata Gembul girang, ia melonjak-lonjak dan memperlihatkan perutnya bergelayut indah.
“Eh, tapi kenapa dia digandeng-gandeng gitu sama si Manis? Mesra pula.”
“Ah.. Palingan itu anaknya Si Manis, Al, hehehe” kata Gembul sambil berlalu meninggalkan Ale.
            Di tengah music performance siswa kelas XII SMA Pelita, Gembul memberanikan diri untuk mendatangi si Manis dan Luna, tentu saja ditemani oleh Al.
“Halo Pak, apa kabar? Luun.. “ Kata Gembul sambil melirik dan tersenyum kepada Luna.
“Kabar baik Mbul, loh kalian udah saling kenal?” Kata si Manis ramah.
“Iya pak, siapa sih yang nggak kenal sama Luna di komplek kita Pak.” Katanya sambil tersenyum kepada bapak gurunya dan sedikit melirik ke arah Luna.
“Oh, ya udah kalo gitu, saya pergi ke sana dulu ya Mbul, mau nyapa guru-guru yang lain juga.”
“Ayo mah!” kata Pak Heru kepada Luna.
“Mah? Maksudnya?”, Gembul kaget.
“Loh, kenapa Mbul? Nggak apa-apa dong sama istri sendiri mesra-mesraan?” kata Si Manis sambil terkekeh.
“Istri?” Gembul tercengang dan tidak percaya dengan yang baru saja ia saksikan.
“Mbul, lu nggak apa-apa kan?” Kata Ale memastikan.
“Gila Al, gue jatuh cinta sama orang yang salah banget” kata Gembul sambil terduduk.
Ale sangat mengerti bagaimana perasaan sahabatnya itu, dan berusaha untuk menenangkannya.
“Udahlah Mbul, sekarang kan lu udah tau dia itu siapa, lu jadi nggak perlu repot-repot nyisihin duit jajan lu buat beli bunga tiap hari, atau memeras “otak bakso” lu dengan puisi-puisi romantis buat dia. Masih mendingan dia belum tau siapa lu, iya kan? Jadi lu nggak malu-malu banget”
“Tapi Al, gue masih tetep nggak percaya deh!”
Al lalu duduk disamping Gembul seolah ia mengerti sekali bagaimana perasaan Gembul. Ia yang baru pertama kali jatuh cinta malah harus merasakan sakitnya cinta secepat ini. Cinta Gembul hanyalah “cinta numpang lewat”, ia hanya singgah sebentar dan kemudian pergi begitu saja sehingga menyisakan sakit yang sangat dalam.
“Cinta kadang datang nggak tepat sasaran Mbul, tapi lu harus bersyukur masih diberi rasa untuk mencintai seseorang. Rasanya gimana? Dunia indah kan?” kata Al meyakinkan sahabatnya.
Gembul masih tak bergeming dari lamunannya.
“Setelah kejadian ini, lu jangan berhenti untuk jatuh cinta ya, cinta pertama kan belum tentu bisa jadi yang terakhir, bahkan dia cuma untuk lu kenang dan nggak akan lu miliki. Dia itu yang pertama buat lu Mbul, Luna.” Kata Ale sambil menepuk bahu Gembul.


*Cerita Pendek ini ditulis oleh Vita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar