Dedaunan gugur, Agustus 2012
Aku benci berada disini dan kembali menulis setiap kenangan bersama nama yang tak pernah berhenti bermain di sudut pikirku.
Sebuah rasa yang tak terdefinisi..
Namun ia hadir seolah merangkai cinta…
Sebuah rasa yang tersimpan ..
Tak terucap,,
Hanya di sujud panjang ku menyebutmu, Cinta..
Senja ,September 2012
“mau kemana kita ? katanya hari ini jadwalmu tidak terlalu padat ??? suara diujung satelit telepon.”
“hehm, baiklah aku akan segera ke rumahmu . Segera siap-siap jangan
sampai aku menunggu terlalu lama. tertawa kecil diantara ujung satelit
telepon. Tak lama kemudian Rival menutup ponselnya. ”
(telepon terputus, sang penelpon dan penerima telepon pun segera bergegas )
15menit kemudian..
Terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam yang tak asing lagi, bergegas orang dari dalam ruangan membuka pintu ..Trataaaa..
Sesosok lelaki dengan kemeja rapi dan jeans birunya telah berdiri dengan disambut senyuman manisku . “Selamat menyambut senja “
“ahh jangan bicara seperti itu , besok juga kamu baikan lagi kok
dengannya begitulah nada datarku ketika menjawab setiap keluh kesah
Rival tentang pacarnya. Kami memang sering menghabiskan waktu hanya
untuk saling mendengar cerita tentang kehidupan dia dan aku. Kami sudah
terbiasa menjalani rutinitas seperti itu dari putih abu-abu hingga
menjalani masa kuliah. Persahabatan , hanya sebatas itulah kami memberi
makna setiap percakapan dan kebiasaan selama ini. TITIK.
Perjalanan menuju kafe cappucino terhenti , lalu kami akan kembali
mengelilingi taman kota hanya untuk mengukur setiap waktu ke waktu.
Mentari, Desember 2012
“selamat pagi, mentari seolah mendahului ku untuk berucap
kata seperti itu padamu , sahabat kecilku diseberang sana. Sambil
mengambil segelas air yang diteguk hingga kedasarnya ,pesan singkat itu
terkirim ke sebuah kontak yang tertera “Rival,BF”.
Tidak sampai habis tegukan itu , pesan singkat ini kembali kuterima.
“pagi, kamu mendahului siang untuk mengucapnya padaku .Hahaaa “
begitulah kami memulai percakapan dengan nada kesal aku membanting
handphone dan mulai melakukan aktivitas didepan televisi.
Tok..tokk (Assalamu’alaikum ..Assalamu’alaikum anybody here ???? ) teriakan dari balik pintu depan .
Dengan mata yang masih sembab dibalut bantal yang empuk akhirnya
tubuhku bergegas mendekati sumber suara tadi. (terkejut dan membuka
mulut lebar-lebar) Oh..Rival kenapa datang tanpa mengirim pesan singkat
atau menelpon terlebih dahulu. Seperti biasa Rival langsung duduk di
sofa sudut dekat guci dan aku langsung mengambil posisi disampingnya.
“Nis, tadi aku habis emosi dengan Nadin. Dia marah lagi karena aku
telat membalas pesan singkatnya kemarin, terlebih lagi tadi pagi aku
lupa membalas pesan singkatnya. Memang susah ya berhubungan dengan jarak
selalu saja bertengkar dan bertengkar lagi. Aku ingin putus dengannya
,Nis. (percakapan terhenti , dan entah mengapa ada rasa bahagia yang tak
mampu terdefinisi dari balik suara hati ini) . Nissssssss, kamu masih
mau denger aku cerita kan ?? atau kamu juga sudah bosan ya ??‘teriak
Rival.‘ ehh ..apaaa barusan Riv, ahh kamu itu hanya emosi saja .Jarak
memang sulit untuk kalian yang sudah terbiasa bersama setiap saat
disana.
‚selalu saja jawaban datar ini yang kuberi , dan setiap aku
mengucapnya selalu ada rasa sakit mengetuk di relung hati . ( lagi-lagi
aku tak bisa mendefinisikan rasanya).
Kafe cappucino, September 2012.
Menangis dipelupuk senja, hanya menatap
layar laptop tanpa berani melihat sekitar. Sudut jalan yang biasanya ku
tatap tajam kali ini pun tak mampu kutatap. Senja berakhir begitu saja.
Pelayan datang menghampiri wanita yang daritadi sudah menghabiskan
lima gelas kopi tanpa gula disudut ruang, maaf mbak apakah kami harus
menambah daftar menunya lagi ?? sudah hampir 30menit duduk disini
,kemana lelaki yang biasa menemani mbak duduk disini ?? . Dan aku hanya
menjawab ( baiklah , satu gelas caffucino ditambah kentang goreng saja
mbak) TITIK.
”(Sengaja aku datang kekotamu, lama nian tidak bertemu..ingin diriku
mengulang kembali berjalan-jalan..) alunan musik di kafe ini semakin
membuat dadaku sesak .
Aku sengaja menghabiskan senja kali ini di Kafe tanpa ditemani
celotehan Rival, sengaja menenangkan pikiran dan memaknai rasa apa yang
sebenarnya ada disudut hatiku. Hampir seharian aku tidak memikirkan hal
lain selain rasa apa yang kadang hadir ketika tatapan mata itu ada ,
ketika ucapan keluh kesah itu membuat bising telingaku, dan aku benci
ketika rasa itu datang tapi aku tak tahu entah sesak seperti apa ini. Sekian (percakapan senja ini tanpa jawaban pasti lagi).
Simphoni ditengah rembulan, 2012.
Menatap kembali layar laptop , membuka sebuah folder
bertuliskan ‚“diary annisa_laatahzan“. Disini aku menulis kata demi kata
setiap waktunya. Tanpa sadar terbuka sebuah folder bertuliskan ,
Sahabat Sejati diantara serpihan memori kehidupan.
Halaman 38.
Kita berkenalan sejak masih ditaman putih merah, kau adalah bocah
lelaki yang suka menjahiliku , mengejekku dan berteriak layaknya kita
kucing dan tikus. Siapa yang bisa menyangka , kalau hingga saat ini kita
berteman akrab. Rival ,2007.
Halaman 42.
Sahabatku, bagiku kamu memang sahabat yang terlahir dengan tepat
di muka bumi ini. Kita berteman , saling menyapa dan hari ini entah aku
selalu memikirkan tentang kehadiranmu yang selalu tepat pada waktunya.
Rival, aku telah jatuh hati padamu.MUNGKIN.
Halaman 58.
02 agustus 2009. Kita mulai aktif di dunia keagamaan , seperti
mimpi kita menjadi orang tua masa depan dan bisa mendidik anak
masing-masing dengan penuh nuansa islami. Katamu, kau menyukai wanita
yang selalu bisa menjaga auratnya seperti aku. Entah kau berpura sedangkan kau terus mendekati lawan jenis itu. Ahh..
Halaman 87.
18 juli 2010.
Terlalu banyak aku dan kamu menulis kisah disini. Tentangku dan
tak lebih kabar darimu tentang seorang wanita yang katanya mampu
membuatmu terpesona setiap kali dia berbicara dihadapanmu. Oh, aku harus
menjalani dua kehidupan diantara perasaan semu.
Halaman 129.
Seperti biasa , setiap aku mengalami berbagai hal baik dan buruk
kaulah orang pertama dikontak handphone yang akan kuberi kabar. Dan aku
menyadari itu , tetap bukan mereka atau sahabatku yang lainnya . Entah
selalu namamu yang hadir disudut pikirku. Rival.
Halaman 289.
25 desember 2010.
Aku mendapat pesan singkat yang diam-diam membunuhku secara
perlahan , sesak itu muncul diantara rasa bahagiamu. Begitulah kau
mengabariku *Nis, hari ini aku berhasil medapati bidadari itu. Cukup
singkat namun entah sesaknya hingga ke rongga terdalam dari lubuk
hatiku. Aku sesak diperaduan ini.
Halaman 327.
Kini kau dan aku sama-sama pada kisah yang berbeda. Namun hal
yang tak pernah berubah adalah saat kebiasaan kita untuk menelpon setiap
awal bulan, atau kebiasaan setiap aku atau kamu merasa bosan , kita
sama-sama menuju kaffe menghabiskan senja hanya sekedar bercerita
tentang nama pasangan masing-masing. Aku menikmatinya, karena aku merasa
tak kehilanganmu seutuhnya. Rival –
Halaman 428.
Hari yang berlalu , mengajarkanku untuk terus menutup diri dari
lawan jenisku kecuali Rival. Di sudut panjang sajadahku, pernah terucap
namanya sambil terisak aku ingin menghilangkan rasa yang tak terdefinisi
ini. Aku juga semakin kehilangan sosok sahabatku , Rival . Wajarkah
bila dia perlahan mendapatkan bahagianya ?? (kita bertengkar lagi untuk hal yang tidak pernah aku inginkan . *cemburu pada pasangan mu*)
...hingga akhirnya kita tak saling menyapa untuk beberapa waktu,
aku mencoba menikmati waktu bersama kegiatan keagamaanku. Kita tidak
saling bertemu tiga bulan lamanya. Dan kamu tahu , Aku tersiksa pada keputusan yang salah.
Dirumah,
Adik , tumben Rival gak main kerumah lagi ? apa kamu tidak merindukan
celotehannya ? ibu saja rindu lho (ledekan seorang ibu terhadap anak
gadisnya). Langsung berlari menuju ruangan dimana aku dan Rival biasa
menghabiskan senja disudut ruang ini. Aku menangis , menangis karena
rasa ini sekali lagi sesak . Aku merindukan sosoknya.
Dikampus,
Sengaja aku duduk ditempat biasa Rival dan aku menghabiskan waktu
disela kuliah. Sekali lagi sosok itu tak juga kutemui. Dia menghilang
dan aku tetap mencarinya. Menuju kantin sendirian , duduk diantara lampu
jalanan yang basah oleh sang hujan . menulis kisah yang tak sempurna .
Begitulah hidupku setelah kehilanganmu. Sempat ingin membenci kehadiran
bidadari yang kini disampingmu , tapi aku salah ,salah jika membenci
wanita tak berdosa itu.
Di Taman kota,
hari ini tepat tujuh tahun 13 tahun persahabatan kami , aku dan
Rival. Aku sengaja datang kesini dan berharap bertemu dengannya. Tiga
puluh menit aku sendirian dengan mantel berwarna ungu pemberian Rival
tahun lalu.
Aku menangis terisak..
Aku menangis pada rasa yang salah..
Aku ingin mengulang ..
Tapi enggan kembali ..
Aku mencintai mu..
(tetes air mata yang kutemui saat kau tak ada). Rival
Tidak juga datang ke taman kota, kita memang hanya sebatas sahabat . Aku yang salah tetap mencarimu diantara rasa yang salah.
Tiga belas hari setelah perayaan hari persahabatan itu, tepat pukul
15.00 ada yang mengetuk pintu rumah. Aku seperti tak asing mendengar
suaranya, ya dia Rival datang dengan sepaket bunga ditangannya sambil
tersenyum dia mengucap maaf tepat ditelingaku. (Maafkan aku sahabatku,
aku merinduimu layaknya adik kecilku) . Aku terdiam ketika Rival
mengucap kata-kata itu. Sekali lagi aku hanya tersenyum dan memaafkannya
. Ini perasaanku yang salah tempatnya. Aku menangis sekali lagi aku menangis.
Setelah hari itu,
Rival kembali mengantar jemputku seperti kesepakatan kami. Berbaikan
dengannya membuatku seakan menemukan kehidupanku lagi. Rival harus
pandai membagi waktu ketika bersama pacarnya begitu juga denganku.
Ketika senja dengan kebosanan yang kami rasakan, kami akan menuju ke
kaffe tempat kami bertemu dan berceloteh. Saat berada disampingnya sosok
Rival akan selalu muncul menjadi bayang disetiap percakapan kami . Entah .
Wanita itu menelponku, wanita itu bidadari Rival. Dia menangis
tersedu kepadaku, dia sangat mencintai Rival itu saja baginya dia sangat
takut kehilangan Rival. Sedangkan aku hanya merasakan sesak saat wanita
itu menangis ditelepon. Ah. Maafkan aku wanita yang sangat beruntung
ini.
..
25 desember 2012.
Aku sengaja diajak Rival datang kerumah Nadin . Hari ini Rival akan
dikenalkan dengan orang tua Nadin. Dan kenapa aku harus ada di posisi
yang menyulitkan diriku sendiri ?? Oh Tuhan aku tersiksa.
Perkenalan berjalan lancar, terlihat orang tua Nadin setuju dengan
Rival. Dan aku ?? aku hanya bisa tersenyum palsu dihadapan mereka.
Setelah pertemuan,
aku sengaja menghilang dari kehidupan Rival , sebisa aku
menghilangkan perasaan ini. Aku menyibukkan diri dengan menulis cerpen
dan tugas kuliahku. Aku melupakan sosok Rival yang terus mencariku dan
penasaran dengan perubahan atas sikapku. Maafkan aku.
Dibalik jendela. 2013
Menulis lagi, dan aku tersentak ketika sebuah project cerpen memilih tema ‚cinta pertama‘.
Aku menangis lagi seketika ketika mengingat dia , orang yang sangat
bearti . Tempat dimana aku biasa bersandar tenyata dialah cinta pertama
sekaligus sahabat tebaikku. Rival, kali ini mungkin kamu juga tidak tahu
bahwa aku menulis tentangmu . Berbahagialah , karena aku juga
merasakannya hingga detik ini.
18 Februari 2013.
Aku sengaja menelpon Rival setelah hampir dua tahun menghilang dari pelupuk matanya.
Aku menanyakan bagaimana keadaannya , bagaimana hubungannya dengan
Nadin , apakah dia baik-baik saja .. sekali lagi aku tertegun ketika dia
mengatakan ( aku merindukanmu Nis, aku rindu sosok kamu yang dulu
selalu ada untukku . Mengapa kamu menjauhiku ?? ) aku memutuskan satelit
ponselku. Aku terdiam sejenak.
Dan ku teriakkan diantara keramaian rasa bersalahku. KARENA AKU
MENCINTAI PADA WAKTU DAN ORANG YANG TAK TEPAT, AKU MENGINGKARI RASA DEMI
PENJAGAANKU PADA ALLOH DAN JUGA PERSAHABATAN KITA.
Aku mengetuk mata hatiku..
Mencoba berdamai pada rasa..
Aku inilah..
Wanita yang mencintai ..
Mencintaimu yang nyatanya sahabatku..
Kaulah orang yang pertama kali mengenalkanku arti seteguk cinta ,
hingga kau bersamanya akupun tetap tak dapat menghapus namamu. Aku
mencintai dan mengetuk takdir agar dipertemukan orang sepertimu , sahabatku.
Inginku mengejar lalu menghindar ….
Enggan menemui tapi kau hadir ..
Kau hadir mengetuk pintu yang tak bertuan ,
Lalu perlahan kau menumbuhkan rasa yang tak biasa..
Ingin menepis lalu bersikap biasa.. itu tak mudah !!
The end.
*Cerita Pendek ini ditulis oleh Sonya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar