... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ...

Selasa, 10 September 2013

[FF] Diorama Cinta

Mata Faris terlihat sangat lelah. Semalam adalah hari yang cukup melelahkan untuknya. Mulai tadi malam Seorang wanita bernama Tera telah resmi menjadi tunangannya dan dua Bulan lagi mereka akan menikah.Faris teringat akan percakapannya semalam dengan Tera."Tera? Apakah benar kau mencintaiku? Pertunangan ini adalah rencana orangtua kita. Apakah kau tidak keberatan sama sekali?" Faris menatap mata Tera."Mengapa di malam pertunangan kita kau menanyakan hal begini? Apa yang kau fikirkan ,Faris? Atau mungkin kau ragu akan perasaanku? Atau..""Bukan. Bukan begitu. Aku tidak ragu sama sekali. Hanya saja.." Faris tak dapat melanjutkan kalimatnya."Aku mencintaimu Faris." Tera tak berani menatap Faris."Baiklah Itu sudah cukup." Dengan lembut Faris menggandeng tangan Tera dan membawanya masuk ke ruangan dimana acara mereka akan segera di mulai.

***


Akhir-akhir ini Faris masih sering terlihat termenung memikirkan rencana yang telah tersusun rapih untuk dua bulan kedepan. Pernikahannya dengan Tera sudah di depan mata, seharusnya tidak ada lagi rasa ragu muncul pada dirinya."Apa yang akhir-akhir ini sering mengganggu fikiranmu,Ris? Kau terlihat risau setiap saat." suara yang sudah tidak asing lagi di telinga. Satu-satunya kakak Faris. Haris."Bukan apa-apa,kak." Faris berusaha menutupi."Apa karna wanita itu lagi? Citra? Hm? Kau masih Saja memikirkannya? Ayolah Faris. Kau sudah dewasa. Bagaimana bisa di saat seperti ini kau masih ragu akan pernikahanmu."Pertanyaan-pertanyaan Haris membuat kepala Faris pusing.Sepertinya Haris sangat mengenal adiknya dengan baik. Ia tahu Faris hanya sedang ragu."Aku takut,Kak. Aku takut bahwa aku tak benar-benar mencintai Tera. Aku takut melukainya dengan keadaanku yang masih belum bisa melupakan Citra." jawab Faris putus asa."Dasar bodoh," Haris mendengus kesal."Dengarkan aku baik-baik. Aku yakin kau mencintai Tera. Sangat yakin. Aku dapat melihatnya ketika kau memandang Tera. Dan bagaimana mungkin kau masih saja dapat menyebut nama Citra yang sudah sangat melukaimu. Jangan jadi laki-laki pengecut, Faris. Aku tidak akan mengampunimu jika kau melakukan hal yang tak seharusnya kau lakukan." ucap Haris dengan penuh emosi namun tetap memandang adiknya dengan kasih sayang."Aku memang menyayangi Tera. Tapi.. aku takut masih mencintai Citra. Bukankah hal ini akan menyakiti Tera?" Faris tak berani menatap kakaknya."Kali ini kau dengarkan aku baik-baik. Setelah itu aku serahkan semua keputusan padamu. Jika kau merasa mencintai dua wanita dan kau tak Sanggup memilih diantara keduanya. Maka pilihlah wanita yang kedua. Karna jika kau benar-benar mencintai yang pertama tidak akan ada yang Cinta lain." Haris berlalu setelah menepuk pundak Faris menguatkan.

***Faris dan Tera tengah duduk bersantai di sebuahbangku panjang .Tera menyandarkan kepalanya dipundak Faris. Mereka nampak sangat menikmati pemandangan langit sore ini.

"Tera…" Suara Faris membuat mata tera yang terpejam sesaat terbuka."Aku mencintaimu.""Ya, aku tahu." jawab Tera kembali terpejam namun terlihat senyum tipis di wajahnya."Tera?" kembali Faris menyebut namanya."Ya?" membuat kali ini Tera duduk bersandar di bangku."Sudah satu tahun kita menikah namun aku masih penasaran. Apa yang membuat kau bertahan dengan laki-laki bodoh sepertiku?""Siapa yang kau maksud dengan laki-laki bodoh?" Tera membulatkan matanya kepada Faris dengan manja "Benar kau ingin tahu?""Ya. Tentu." Faris mengangguk serius."Tahukah kau? Kau yang paling tahu bahwa aku tak pernah bisa menjelaskan apa yang sedang aku rasakan dengan baik," sejenak Tera menatap Faris dan memindahkan posisi duduknya sehingga sekarang berhadapan dengan Faris."Dan ketika aku terjatuh kau yang datang menolongku tanpa bertanya apa rasanya sakit terjatuh, kau melihat luka dikakiku dan mengobatinya, tanpa kau bertanya apakah luka itu menyakitiku, tanpa membutuhkan alasan untuk melakukannya. Kau juga datang kepadaku disaat aku menangis, lalu memelukku tanpa bertanya ada apa, tanpa menanyakanku alasan kenapa air mata itu terus mengalir, kau hanya memelukku dalam diam, erat. Seakan kau tahu hanya itu yang akan membuat air mataku berhenti. Kau juga datang saat aku menjatuhkan sebuah gelas dan yang pertama kau lakukan bukan bertanya kenapa hal itu bisa terjadi, kau tidak meminta penjelasan terlebih dahulu bagaimana gelas tersebut menjadi pecahan-pecahan kecil, yang kau lakukan hanya duduk dan membantuku memunguti pecahan gelas tersebut, agar tidak ada orang yang terluka karena pecahan tersebut dan juga melukai diriku." Tera menghembuskan nafasnya perlahan "Kau adalah seseorang yang selama ini aku cari. Bagaimana mungkin aku bisa melepaskanmu Faris." Tera tersenyum memandang wajah Faris "Terima kasih kau telah hadir dengan cara yang sempurna dalam hidupku."


-Herdiyani Egao-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar