... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ...

Kamis, 29 Agustus 2013

[FF] Dompet Rahmi

“Arrghh!! Gimana, dong?”


Tiga pasang mata di depannya menatap. Ikut bingung.

“Mungkin terselip, Mi.”

“Atau lupa nyimpen,  kali?”

Rahmi menggeleng. “Aku sudah mencarinya kemana-mana. Gak ada!”

Nadanya sudah seperti mau menangis.

“Mana kita ada di kota orang lagi. Aduuuh, masa aku sampai ga bisa balik, ntar?”

“Ah, ayo kita cari sekali lagi!” kini Tasya berdiri, mendahului masuk kamar.

“Vi, kau cari di bawah laci! atau di bawah tempat tidur! Siapa tahu jatuh ke sana. Aku coba cari di sekitar kamar! Kau juga, Nid!”

“Siap!” serempak ketiganya menyebar.


“A-aku nyari di ruang makan, deh! Siapa tahu jatuh di sana pas sarapan tadi,” bergegas Rahmi berlari menuju ruang yang dimaksud.

Setengah jam kemudian gadis itu sudah kembali.

“ Tidak ada.”

Wajahnya benar-benar pucat.

“ Di kamar juga tidak ada.”

Gimana, dong? Uang sama kartu ATM aku semuanya ada di dompet itu. SIM, KTP, bahkan buku tabunganku semua ada di sana!”

“Mau gimana lagi. Sudah hilang.”

“Terus aku harus gimana?” Rahmi menatap nanar jejeran travel  bag di depannya. Mereka sudah siap check out. “Ini belum setengah perjalanan, dompetku sudah hilang. Padahal aku masih ingin melihat Keraton Solo.”

“Sudahlah, Mi. Kau bisa pakai dulu uang kami. Betul tidak, teman-teman?”

Perkataan Avi di-iya-kan kedua temannya.

“Aku tidak mau berhutang!”

“Jadi kau mau diam di sini saja?”

“Gak mau!”


“Nah, lantas? Uang sudah tidak ada. Kau masih keras kepala tidak mau menerima uang kami!”

“Ayolah, Mi. Ini sudah jam sebelas. Kita harus segera ke Lempuyangan biar bisa naik Prameks* yang jam setengah dua. Belum kita harus makan siang dulu sama sholat sebelum berangkat.”

“Baiklah. Tolong kalian bayari dulu ongkosku dan yang lainnya, ya.”

“Nah, begitu dong. Jangan khawatir, kau pasti akan selamat sampai di Bandung lagi nanti.”

Dengan lemas Rahmi mengikuti ketiga temannya ke luar. Suram, benar-benar apes. Pengennya liburan asyik, back packer-an, malah ilang dompet!


Ramainya Lempuyangan menambah suasana panas siang itu.

“Nih, karcisnya!” Nida memperlihatkan 4 karcis di tangannya. “Masih ada waktu sampai keretanya berangkat. Yuk, kita cari mushola dulu!”

Segarnya saat wajah dibasuh air wudhu. Rahmi merasa hatinya lebih tenang. Mengikuti temannya, berdesakan di mushola yang sempit.

“Haaaaaa!!!”

Teriakannya membuat semua kepala menoleh.

“Dompetku!” diacungkannya benda kotak bermoif bunga.

“Nah, itu?”

“Ada di tempat mukena!”

“Kubilang juga apa. Pasti nyelip.”

“Kau ceroboh!”

“He..he.. Maaf. Aku panik tadi.”

“Cepat bayar hutangmu!”

“Iya, iyaaa. Sebagai permintaan maaf, nanti di Solo aku traktir makan thengkleng*, deh.”

“Tambah bonus srabi Solo!”

“Siap, bos!”

“Sudah-sudah! Ayo berjamaah!”

Rahmi tersenyum lebar. Kembali bersemangat. Perjalanan back packernya yang pertama rupanya tak jadi suram.

-end-

* Prameks = Prambanan Ekspress
*Thengkleng = makanan khas Solo yang terbuat dari bagian-bagian tubuh kambing yang dimasak dengan kuah santan.


FF ini ditulis oleh Avira Winata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar