... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ...

Kamis, 29 Agustus 2013

[Surat Pendidikan] Selamat malam, Para Petinggi

Selamat malam, Para petinggi di negeri tercinta.

Bagaimana kabar kalian ?
Bagaimana kabar negeri  ini? Bagaimana kabar pendidikan di negeri tercinta kita ini ?
Berbicara tentang pendidikan, aku ingin menyampaikan beberapa hal. Bukan untuk menggurui atau berusaha untuk menjadi orang tahu segala hal.
Hai para petinggi,
Tahukah kalian seberapa mahalnya pendidikan di negeri ini?
Aku beri contoh sedikit ya,
Di beberapa daerah di Indonesia. Mereka yang ingin sekolah harus menempuh jarak sekian kilo meter hanya untuk sampai ke sekolah. Berjalan menempuh perjalanan sejauh 30 meter, melewati jembatan yang rapuh, yang sangat bahaya, yang bahkan jika mereka ceroboh sedikit saja mungkin mereka dapat jatuh dari jembatan tersebut. Harus menempuh jarak melalui sungai-sungai, mereka sengaja membawa baju ganti agar baju seragam mereka tidak basah terkena air sungai saat melewati sungai tersebut.
Lalu, di beberapa daerah, beberapa anak yang sudah selesai sekolah, mereka mengadakan kelas sederhana untuk anak-anak di sekitarnya. Mengajarkan, memberi  informasi apapun yang ia dapat setiap hari di sekolah. Membagikan ilmunya. Di daerah perbatasan Indonesia, pengajar sekolah dasar adalah para Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sedang menjaga perbatasan, sedangkan pengajar yang benar-benar memiliki latar belakang sebagai pengajar atau guru tidak ada satu pun.

Sekolah. Apa yang kalian fikirkan jika aku menyebut kata sekolah?
Gedung-gedung luas, bertingkat, kelas-kelas yang mempunyai fasilitas seperti AC atau gedung-gedung kecil, hampir runtuh, tak terawat dan sebagainya ?
Sebenarnya, berapa persen sih dana APBN untuk pembangunan gedung sekolah? Mengapa tidak merata, mengapa masih saja ada gedung sekolah yang hampir runtuh atau bahkan sudah runtuh saking terlalu lamanya berharap untuk di perbaharui. Mengapa masih saja ada kelas yang dipakai bergantian, yang isi muridnya bias lebih dari 40 orang, yang terkadang meliburkan sekolah jika banjir dating karena kelasnya terkena banjir. Atau mengapa masih saja ada kelas-kelas yang di adakan di bawah teriknya matahari dan terkena hujan hanya karena atap kelas yang memnag sudah tidak layak.
Semangat anak-anak di pedalaman untuk sekolah tidak kalah tinggi nya dengan yang ada di kota yang terkadang ada beberapa yang menyia-nyiakan kesempatan mereka yang padahal hanya tinggal duduk manis di sekolah dan belajar sungguh-sungguh. Mereka juga tidak perlu memikirkan, suatu saat nanti bangunan yang mereka tempati akan rubuh atau tidak. Karena fasilitas di kota juga sudah sangat jauh sekali perkembangannya. Lalu, mengapa mengabaikan yang berada di pedalaman atau perbatasan di Indonesia? Bagaimana pun para penerus bangsa ada di tangan mereka yang ingin terus belajar, belajar dan belajar.
Ah iya, bagaimana dengan rumah singgah ?
Kalian pernah mendengar? Rumah singgah adalah tempat yang di bangun untuk orang-orang yang kurang beruntung dalam hal pendidikan. Yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena berbagai alasan tertentu. Di rumah singgah biasanya terdapat para anak-anak jalanan, pengamen atau anak-anak pemulung yang menghabiskan waktunya untuk membantu orangtua mereka.
Kalian harus berterimakasih kepada mereka yang mendirikan rumah singgah, yang dengan sukarela ikhlas dan bertanggung jawab mengahabiskan waktu, uang dan tenaga mereka untuk mengajarkan anak-anak yang tidak bias bersekolah di sekolah formal. Mengamalkan ilmu yang mereka punya. Mulai dari membaca, menulis dan tidak lupa pendidikan agama. Bahkan dari suatu rumah singgah yang aku ketahui, mereka mempunyai kelas-kelas tersendiri dimulai dari TK, SD sampai SMP. Mereka membagi kelas0kelas tersebut agar lebih terkendali. Mereka juga membuat ujian, rapot dan perlombaan-perlombaan tertentu. Jadi, mereka semua yang belajar di situ dapat merasakan selayaknya sekolah di sekolah formal.
Pengalamanku datang kesana saat menjadi volunterr untuk pertama kalinya adalah luar biasa. Dalam hati aku berkata “Pak presiden yang terhormat, lihatlah mereka. Lihatlah semangat merea. Mengapa pendidikan begitu mahal di negeri sendiri?”. Saat anak-anak mereka belajar, para orangtua yang hadir menunggui mereka. Memperhatikan anaknya belajar sambil menjaga dagangan yang ia miliki. Rumah singgah itu juga ada beberapa yang diadakan di ruang terbuka.
Sudahlah, mohon maaf jika ada salah kata.  Semoga segalanya menjadi lebih baik lagi, terutama dalam bidang pendidikan. Terimakasih.
Selamat malam, Para Petinggi.


Surat Pendidikan ini ditulis oleh Fitria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar