Selamat malam, Para petinggi di negeri tercinta.
Bagaimana kabar kalian ?
Bagaimana kabar negeri ini? Bagaimana kabar pendidikan di negeri tercinta kita ini ?
Berbicara tentang pendidikan, aku ingin menyampaikan beberapa
hal. Bukan untuk menggurui atau berusaha untuk menjadi orang tahu segala
hal.
Hai para petinggi,
Tahukah kalian seberapa mahalnya pendidikan di negeri ini?
Aku beri contoh sedikit ya,
Di beberapa daerah di Indonesia. Mereka yang ingin sekolah
harus menempuh jarak sekian kilo meter hanya untuk sampai ke sekolah.
Berjalan menempuh perjalanan sejauh 30 meter, melewati jembatan yang
rapuh, yang sangat bahaya, yang bahkan jika mereka ceroboh sedikit saja
mungkin mereka dapat jatuh dari jembatan tersebut. Harus menempuh jarak
melalui sungai-sungai, mereka sengaja membawa baju ganti agar baju
seragam mereka tidak basah terkena air sungai saat melewati sungai
tersebut.
Lalu, di beberapa daerah, beberapa anak yang sudah selesai
sekolah, mereka mengadakan kelas sederhana untuk anak-anak di
sekitarnya. Mengajarkan, memberi informasi
apapun yang ia dapat setiap hari di sekolah. Membagikan ilmunya. Di
daerah perbatasan Indonesia, pengajar sekolah dasar adalah para Tentara
Nasional Indonesia (TNI) yang sedang menjaga perbatasan, sedangkan
pengajar yang benar-benar memiliki latar belakang sebagai pengajar atau
guru tidak ada satu pun.
Sekolah. Apa yang kalian fikirkan jika aku menyebut kata sekolah?
Gedung-gedung luas, bertingkat, kelas-kelas yang mempunyai
fasilitas seperti AC atau gedung-gedung kecil, hampir runtuh, tak
terawat dan sebagainya ?
Sebenarnya, berapa persen sih dana APBN untuk pembangunan
gedung sekolah? Mengapa tidak merata, mengapa masih saja ada gedung
sekolah yang hampir runtuh atau bahkan sudah runtuh saking terlalu
lamanya berharap untuk di perbaharui. Mengapa masih saja ada kelas yang
dipakai bergantian, yang isi muridnya bias lebih dari 40 orang, yang
terkadang meliburkan sekolah jika banjir dating karena kelasnya terkena
banjir. Atau mengapa masih saja ada kelas-kelas yang di adakan di bawah
teriknya matahari dan terkena hujan hanya karena atap kelas yang memnag
sudah tidak layak.
Semangat anak-anak di pedalaman untuk sekolah tidak kalah
tinggi nya dengan yang ada di kota yang terkadang ada beberapa yang
menyia-nyiakan kesempatan mereka yang padahal hanya tinggal duduk manis
di sekolah dan belajar sungguh-sungguh. Mereka juga tidak perlu
memikirkan, suatu saat nanti bangunan yang mereka tempati akan rubuh
atau tidak. Karena fasilitas di kota juga sudah sangat jauh sekali
perkembangannya. Lalu, mengapa mengabaikan yang berada di pedalaman atau
perbatasan di Indonesia? Bagaimana pun para penerus bangsa ada di
tangan mereka yang ingin terus belajar, belajar dan belajar.
Ah iya, bagaimana dengan rumah singgah ?
Kalian pernah mendengar? Rumah singgah adalah tempat yang di
bangun untuk orang-orang yang kurang beruntung dalam hal pendidikan.
Yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena berbagai alasan tertentu. Di
rumah singgah biasanya terdapat para anak-anak jalanan, pengamen atau
anak-anak pemulung yang menghabiskan waktunya untuk membantu orangtua
mereka.
Kalian harus berterimakasih kepada mereka yang mendirikan rumah
singgah, yang dengan sukarela ikhlas dan bertanggung jawab
mengahabiskan waktu, uang dan tenaga mereka untuk mengajarkan anak-anak
yang tidak bias bersekolah di sekolah formal. Mengamalkan ilmu yang
mereka punya. Mulai dari membaca, menulis dan tidak lupa pendidikan
agama. Bahkan dari suatu rumah singgah yang aku ketahui, mereka
mempunyai kelas-kelas tersendiri dimulai dari TK, SD sampai SMP. Mereka
membagi kelas0kelas tersebut agar lebih terkendali. Mereka juga membuat
ujian, rapot dan perlombaan-perlombaan tertentu. Jadi, mereka semua yang
belajar di situ dapat merasakan selayaknya sekolah di sekolah formal.
Pengalamanku datang kesana saat
menjadi volunterr untuk pertama kalinya adalah luar biasa. Dalam hati
aku berkata “Pak presiden yang terhormat, lihatlah mereka. Lihatlah
semangat merea. Mengapa pendidikan begitu mahal di negeri sendiri?”.
Saat anak-anak mereka belajar, para orangtua yang hadir menunggui
mereka. Memperhatikan anaknya belajar sambil menjaga dagangan yang ia
miliki. Rumah singgah itu juga ada beberapa yang diadakan di ruang
terbuka.
Sudahlah, mohon maaf jika ada salah kata. Semoga segalanya menjadi lebih baik lagi, terutama dalam bidang pendidikan. Terimakasih.
Selamat malam, Para Petinggi.
Surat Pendidikan ini ditulis oleh Fitria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar