Surat untukmu, Ibu.
Berbicara tentang sosok pendidik. Aku memilih surat ini ditujukan untuk ibu. Sosok seorang pendidik dalam keluarga. Guru yang pertama kali Aku temui sejak terlahir di dunia ini. Guru yang tak pernah lelah mendidikku, memberikan fasilitas pendidikan terbaik sejak Taman Kanak-Kanak sampai sekarang duduk di bangku kuliah. Tak pernah lelah, tak pernah mengeluh. Dulu engkau mengajarkanku berjalan, sedikit menuntunku tapi kemudian engkau lepaskan, membiarkanku mencoba sendiri. Itu engkau lakukan agar aku punya semangat untuk terus berjuang. Engkau juga kadang membiarkanku terjatuh, lalu dengan uluran tanganmu engkau mengajarkanku artinya bangkit dari keterpurukan. Dan masih banyak lagi yang kau ajarkan. Ilmu yang tak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Ilmu tentang kasih sayang, ilmu untuk saling berbagi, segala macam ilmu positif kau ajarkan kepadaku, sebagai bekalku untuk mengarungi hidupku kelak.
Maaf Ibu, aku belum bisa berbuat banyak untuk membalas semua Jasamu. Justru aku malah menyianyiakan fasilitas pendidikan yang telah engkau berikan saat ini di bangku kuliah. Masuk dijurusan psikologi memang kuakui adalah mau ku sejak dulu. Tanpa banyak bicara ibu langsung menyetujui pilihanku. Semua demiku, demi pendidikanku di jenjang yang lebih tinggi. Tapi lihatlah kini ibu, pendidikanku terbengkalai, aku belum bisa berbuat banyak untuk membalas jasamu, tapi sekarang aku malah menyianyiakan semuanya. Penyesalan memang selalu datang diakhir. Ya, aku menyesal. Tiba-tiba anganku melayang aku pertama kali aku masuk dalam pendidikan formal di taman kanak-kanak dulu, hal wajar untuk anak seusiaku saat itu merasakan senang, bisa bermain, bisa punya teman baru, banyak hal baru yang bisa aku pelajari. Aku bisa belajar sambil bermain, tp masih lebih banyak waktu bermainnya daripada belajar, haha.. Namanya juga anak-anak. Setelah taman kanak-kanak beralih ke sekolah dasar, aku mulai mengenal huruf dan angka. And you know what ? I'm the first student who can memorize number 1 until 100. I still remember that, mom. It's because of you. bisa menghafal angka waktu itu jadi kebanggaan tersendiri. Mungkin sekarang keadaannya sudah berbeda, anak kecil saat ini sudah diajarkan menulis dan membaca bahkan sebelum masuk taman kanak-kanak. Dengan kondisi keluarga yang sering berpindah dari satu kota ke kota lain, aku juga mendapatkan banyak hal-hal baru dari tempat-tempat baru. Belajar tidak selalu harus dari bangku pendidikan formal kan? Ya, pernah tinggal di Flores aku belajar tentang arti kebersamaan, toleransi antar umat beragama. Di sana mayoritas non muslim. Tapi kami bisa hidup saling berdampingan, tanpa ada perselisihan.
Waah.. Mengenang masa kecil denganmu tak pernah ada habisnya, Ibu. Terimakasih untuk semua pelajaran yang telah engkau berikan, mungkin aku tak akan pernah bisa membalas itu. Yang ingin ku lakukan sekarang hanyalah menyelesaikan pendidikanku di bangku kuliah ini. Membahagiakanmu. Semoga dengan menggapai cita-citaku nanti bisa sedikit membuatmu bahagia. Sekali lagi terimakasih Ibu.
Surat Pendidikan ini ditulis oleh Joko
Berbicara tentang sosok pendidik. Aku memilih surat ini ditujukan untuk ibu. Sosok seorang pendidik dalam keluarga. Guru yang pertama kali Aku temui sejak terlahir di dunia ini. Guru yang tak pernah lelah mendidikku, memberikan fasilitas pendidikan terbaik sejak Taman Kanak-Kanak sampai sekarang duduk di bangku kuliah. Tak pernah lelah, tak pernah mengeluh. Dulu engkau mengajarkanku berjalan, sedikit menuntunku tapi kemudian engkau lepaskan, membiarkanku mencoba sendiri. Itu engkau lakukan agar aku punya semangat untuk terus berjuang. Engkau juga kadang membiarkanku terjatuh, lalu dengan uluran tanganmu engkau mengajarkanku artinya bangkit dari keterpurukan. Dan masih banyak lagi yang kau ajarkan. Ilmu yang tak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Ilmu tentang kasih sayang, ilmu untuk saling berbagi, segala macam ilmu positif kau ajarkan kepadaku, sebagai bekalku untuk mengarungi hidupku kelak.
Maaf Ibu, aku belum bisa berbuat banyak untuk membalas semua Jasamu. Justru aku malah menyianyiakan fasilitas pendidikan yang telah engkau berikan saat ini di bangku kuliah. Masuk dijurusan psikologi memang kuakui adalah mau ku sejak dulu. Tanpa banyak bicara ibu langsung menyetujui pilihanku. Semua demiku, demi pendidikanku di jenjang yang lebih tinggi. Tapi lihatlah kini ibu, pendidikanku terbengkalai, aku belum bisa berbuat banyak untuk membalas jasamu, tapi sekarang aku malah menyianyiakan semuanya. Penyesalan memang selalu datang diakhir. Ya, aku menyesal. Tiba-tiba anganku melayang aku pertama kali aku masuk dalam pendidikan formal di taman kanak-kanak dulu, hal wajar untuk anak seusiaku saat itu merasakan senang, bisa bermain, bisa punya teman baru, banyak hal baru yang bisa aku pelajari. Aku bisa belajar sambil bermain, tp masih lebih banyak waktu bermainnya daripada belajar, haha.. Namanya juga anak-anak. Setelah taman kanak-kanak beralih ke sekolah dasar, aku mulai mengenal huruf dan angka. And you know what ? I'm the first student who can memorize number 1 until 100. I still remember that, mom. It's because of you. bisa menghafal angka waktu itu jadi kebanggaan tersendiri. Mungkin sekarang keadaannya sudah berbeda, anak kecil saat ini sudah diajarkan menulis dan membaca bahkan sebelum masuk taman kanak-kanak. Dengan kondisi keluarga yang sering berpindah dari satu kota ke kota lain, aku juga mendapatkan banyak hal-hal baru dari tempat-tempat baru. Belajar tidak selalu harus dari bangku pendidikan formal kan? Ya, pernah tinggal di Flores aku belajar tentang arti kebersamaan, toleransi antar umat beragama. Di sana mayoritas non muslim. Tapi kami bisa hidup saling berdampingan, tanpa ada perselisihan.
Waah.. Mengenang masa kecil denganmu tak pernah ada habisnya, Ibu. Terimakasih untuk semua pelajaran yang telah engkau berikan, mungkin aku tak akan pernah bisa membalas itu. Yang ingin ku lakukan sekarang hanyalah menyelesaikan pendidikanku di bangku kuliah ini. Membahagiakanmu. Semoga dengan menggapai cita-citaku nanti bisa sedikit membuatmu bahagia. Sekali lagi terimakasih Ibu.
Surat Pendidikan ini ditulis oleh Joko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar