... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ...

Kamis, 29 Agustus 2013

[Surat Pendidikan] Surat Cinta untuk Pak Mentri

Kepada,
Bapak mentri pendidikan.
Di tempat.

Assalamualaikum wr. wb, pak mentri. Apapun  kondisi bapak ketika membaca surat ini, semoga Allah selalu berikan rahmat serta kesehatan untuk bapak. Perkenalkan pak, saya Ananda Bayu Sefian. Saya murid kelas tiga di sebuah SMA Negeri yang sangat jauh dari pulau jawa. Saya adalah satu dari sekian banyak anak Indonesia yang beruntung karna dapat melanjutkan sampai jenjang ini. Sekolah yang layak, guru-guru yang ramah. Walau kadang ada juga guru yang sama sekali tidak bersahabat. Saya bersyukur atas semua itu.

Saya tahu dan pastinya bapak lebih tahu, atau tahu tapi seperti tidak tahu atau malah benar-benar tidak tahu?. Di Indonesia masih banyak sekali teman-teman saya yang tidak seberuntung saya. Banyak yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak seperti yang saya dapatkan. Banyak dari mereka masih bertahan  dengan fasilitas sekolah yang sama sekali tidak layak untuk disebut sekolah, atapnya tidak ada, bangku dan meja yang rusak, di gabungnya antar kelas, kelas yang sesak, serta kurangnya tenaga pengajar. Yang mengakibatkan mereka tidak dapat menyimak pelajaran dengan sempurna dan masih banyak lagi.


Beberapa teman saya, harus memutuskan berhenti sekolah karna kurangnya biaya. Susahnya ekonomi keluarga mengharuskan mereka bekerja di usia dini. Mengais rezeki untuk makan sehari-hari. Jangankan untuk biaya sekolah, untuk biaya hidup saja mereka sering kekurangan. Beberapa hari yang lalu saya menonton berita dan menangis melihat adik-adik yang harus berjuang untuk berangkat sekolah. Mereka harus menyebrang sungai dengan membuka celananya karna jembatan yang rusak. Apakah bapak menonton juga? Semoga bapak juga menonton.

Saya sudah berada di tahun akhir di bangku sekolah SMA. Ujian nasional menunggu saya dan teman-teman. Ujian Nasional (UN), ya agenda wajib yang hadir setiap tahunnya. Setiap tahunnya seluruh siswa dasar, menengah pertama dan sekolah menengah atas, yang duduk bangku kelas tiga pasti mendapatkan gilirannya. Kami semua harus menjalani UN yang menjadi penentu lulus atau tidaknya kami dari perjalanan panjang yang di tentukan hanya beberapa hari.

Pak mentri, saya senang sekali, karna di mulai dari tahun ini pintu gerbang masa depan saya setidaknya sudah sedikit terbuka. Saya tahu masa depan saya masih panjang dan berliku tapi jangan tambah beban kami dengan hal-hal yang yang tak sama sekali perlu kami tahu. ‘Ujian Nasional’ hanya sebuah sebutan. Nyatanya kami merayakan hari penentuan kami tidak serentak bersama teman-teman di seluruh indonesia.

Kami sudah belajar dengan maksimal, berjuang menahan kantuk membaca buku-buku, berlelah-lelah mengulang pelajaran.  Pas hari peperangan kami sudah siap tempur, kenapa harus di tunda? Kami tahu semua soal keterlambatan distribusi soal tapi kami sama sekali tidak tahu dan tidak mau tahu soal tender yang di menangkan siapa dan apa keuntungan mereka serta alasan-alasan keterlambatan itu. Yang kami tahu hanya satu. Hari ini ujian nasional. Keinginan kamipun hanya satu, yaitu LULUS.

Kami melalui proses panjang dalam menuntut ilmu, bertahun-tahun kami lalui, berbagai macam ilmu kami pelajari. Tapi nasib kami di tentukan hanya beberapa hari, dengan beberapa macam pelajaran saja. Adil tidak menurut bapak? Bagi kami itu tidak adil. Belum lagi tuntutan dari banyak pihak yang menginginkan kami lulus dengan nilai terbaik, membuat kami bekerja keras, mereka yang berputusasa rela melakukan apa saja termasuk kecurangan, dan pada akhirnya kami terjebak pada hasil akhirnya yang tidak sesuai dengan kemampuan masing-masing dari kami.

Masalah ini terus terjadi setiap tahunnya dan belum sama sekali ada solusi dan penyelasaiannya. Banyak dari kami yang pintar malah mendapatkan nilai yang tak pantas, dan begitu pula sebaliknya. Ujian nasional memang masih jadi perbicangan yang selalu menjadi bahan omongan yang tidak pernah ada habisnya.

Orang-orang sukses yang sering saya lihat di tv sering bilang: “Jika seseorang sukses, janganlah lihat dia yang sekarang tapi lihat dia di masalalu. Lihat prosesnya bukan hasilnya”. Mungkin pemerintah perlu lihat proses kami saat belajar bertahun-tahun bukan proses kami mengerjakan soal UN yang hanya di laksanakan beberapa hari dan menentukan kami lulus atau tidak hanya dari UN semata.

Terima kasih untuk bapak yang telah bekerja keras untuk mamajukan pendidikan, saya selalu mendoakan bapak dan seluruh orang yang bergerak terus untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik, agar selalu di berikan kesehatan dan kuat menjalani hari demi hari. Dan semoga pengganti bapak nanti mampu bekerja lebih baik lagi untuk pendidikan Indonesia. Saya bercita-cita akan meneruskan perjuangan bapak walau mungkin tidak dengan gelar mentri.
Wa’alaikumsalam wr. wb.

Salam cinta      

Ananda Bayu Sefian


Surat Pendidikan ini ditulis oleh Djamall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar