“Cepetan Mar!!” teriak Arya.
“Iya, ini bawaannya berat”.
“Kamu sih kayak cewek, cuma lima harisaja di sana bawaanya sebanyak itu!”
Sambil setangah berlari menyeret koper dengan tangan kiri dan menjinjing kardus di tangan kanannya Damar berusaha mengejar abangnya, Arya yang mulai tak kelihatan di tengah padatnya manusia berlalu-lalang.
“Tiketnya Dik” petugas itu menghardik Arya yang sementara berlari melewati pos pemeriksaan.
“Oh, maaf pak. Saya sedang terburu-buru. Ini dua dengan adik saya yang mmmm…. Nah itu tuh pak yang berbaju biru muda dan berkaca mata” tunjuk Arya
“Oke masuk. Kamu juga masuk “ seru petugas kepada keduanya.
Damar segera berjalan melewati beberapa orang lain yang tengah mengantri dan menyusul abangnya yang sudah berlari duluan ke arah tempat check-in Sriwijaya Air.
“Tolonglah mbak masih ada waktu 5 menit kan sebelum keberangkatan?”, ujar Arya sambil melirik jam tangannya.
“Maaf mas, itu sudah prosedur dari perusahaan kami. Waktu check-in sudah habis dan pintu pesawat sudah ditutup”, ujar mbak-mbak itu sambil tetap tersenyum.
“Mbak, tolong dong mbak. Ini penerbangan terakhir menuju ke Samarinda hari ini. Kalau saya tidak ikut masa iya besok saya harus berlebaran di Surabaya hanya berdua dengan adik saya”.
“Maaf mas, kami tidak dapat membantu mas lagi. Mas juga sebaiknya segera menyingkir karena kami akan membuka check-in untuk penumpang tujuan daerah lain”.
Dengan wajah yang masih kecewa Arya pergi dari hadapan mbak-mbak itu dan Bruuuaaaakkkkk dia membanting tas ranselnya ke lantai untuk melampiaskan kekecewaanya.
“Ini gara gara takbir keliling itu! Jalanan macet akhirnya telat sampai bandara” umpat Arya.
Damar yang sedari tadi hanya diam kemudian mendekati kakaknya.
“Sudahlah bang, malu dilihat orang-orang. Yasudah kita pulang saja ke kontrakan. Toh untungnya kita memang bilang tidak pulang lebaran kali ini. Kita juga yang salah tidak berangkat jauh lebih awal dari kontrakan”.
Arya dan Damar memang berniat memberi kejutan untuk bapak dan ibunya untuk pulang berlebaran di Samarinda tahun ini. Arya yang bekerja di Surabaya sudah tiga tahun tidak pulang, begitupun dengan Damar yang meninggalkan tanah kelahirannya tiga tahun lalu untuk kuliah S1 Teknik Informatika di ITS. Mereka berjalan menuju pintu keluar. Gurat kekecewaan di wajah mereka tak dapat ditutupi. Mereka langsung menuju taksi yang terparkir.
“Mulyosari, Pak”, ujar Damar
Taksi yang mereka tumpangi langsung meluncur memecah kesunyian tol bandara diselingi sayup-sayup takbir yang bergema dari mesjid dan juga radio taksi. Namun seketika alunan musik lain terputar ketika si supir memindah ke saluran stasiun radio lain.
Another summer day
Has come and gone away
In Paris and Rome
But I wanna go homeeee.
“Lagunya nyesek ya bang” tiba-tiba Damar bersuara
Arya cuma diam saja.Damar tak berani mengeluarkan kata lebih banyak lagi. Arya masih tidak bisa menerima bahwa saat ini dia sedang dalam perjalanan kembali ke kontrakan dan bukan dalam pesawat menuju ke Samarinda. Perjalanan ke Samarinda yang bukan hanya untuk sekadar berlebaran namun juga untuk melepas rindu yang telah lama ia simpan. Rindu kepada orangtuanya, kucing peliharaanya, suasana kota kelahirannya dan juga rindu pada Bening, kekasihnya.
“Ganti satsiun radio lain bisa pak?” ujar Arya.Tepat ketika lagu itu akan memasuki bagian reff.
FF ini ditulis oleh Chalriz
“Iya, ini bawaannya berat”.
“Kamu sih kayak cewek, cuma lima harisaja di sana bawaanya sebanyak itu!”
Sambil setangah berlari menyeret koper dengan tangan kiri dan menjinjing kardus di tangan kanannya Damar berusaha mengejar abangnya, Arya yang mulai tak kelihatan di tengah padatnya manusia berlalu-lalang.
“Tiketnya Dik” petugas itu menghardik Arya yang sementara berlari melewati pos pemeriksaan.
“Oh, maaf pak. Saya sedang terburu-buru. Ini dua dengan adik saya yang mmmm…. Nah itu tuh pak yang berbaju biru muda dan berkaca mata” tunjuk Arya
“Oke masuk. Kamu juga masuk “ seru petugas kepada keduanya.
Damar segera berjalan melewati beberapa orang lain yang tengah mengantri dan menyusul abangnya yang sudah berlari duluan ke arah tempat check-in Sriwijaya Air.
“Tolonglah mbak masih ada waktu 5 menit kan sebelum keberangkatan?”, ujar Arya sambil melirik jam tangannya.
“Maaf mas, itu sudah prosedur dari perusahaan kami. Waktu check-in sudah habis dan pintu pesawat sudah ditutup”, ujar mbak-mbak itu sambil tetap tersenyum.
“Mbak, tolong dong mbak. Ini penerbangan terakhir menuju ke Samarinda hari ini. Kalau saya tidak ikut masa iya besok saya harus berlebaran di Surabaya hanya berdua dengan adik saya”.
“Maaf mas, kami tidak dapat membantu mas lagi. Mas juga sebaiknya segera menyingkir karena kami akan membuka check-in untuk penumpang tujuan daerah lain”.
Dengan wajah yang masih kecewa Arya pergi dari hadapan mbak-mbak itu dan Bruuuaaaakkkkk dia membanting tas ranselnya ke lantai untuk melampiaskan kekecewaanya.
“Ini gara gara takbir keliling itu! Jalanan macet akhirnya telat sampai bandara” umpat Arya.
Damar yang sedari tadi hanya diam kemudian mendekati kakaknya.
“Sudahlah bang, malu dilihat orang-orang. Yasudah kita pulang saja ke kontrakan. Toh untungnya kita memang bilang tidak pulang lebaran kali ini. Kita juga yang salah tidak berangkat jauh lebih awal dari kontrakan”.
Arya dan Damar memang berniat memberi kejutan untuk bapak dan ibunya untuk pulang berlebaran di Samarinda tahun ini. Arya yang bekerja di Surabaya sudah tiga tahun tidak pulang, begitupun dengan Damar yang meninggalkan tanah kelahirannya tiga tahun lalu untuk kuliah S1 Teknik Informatika di ITS. Mereka berjalan menuju pintu keluar. Gurat kekecewaan di wajah mereka tak dapat ditutupi. Mereka langsung menuju taksi yang terparkir.
“Mulyosari, Pak”, ujar Damar
Taksi yang mereka tumpangi langsung meluncur memecah kesunyian tol bandara diselingi sayup-sayup takbir yang bergema dari mesjid dan juga radio taksi. Namun seketika alunan musik lain terputar ketika si supir memindah ke saluran stasiun radio lain.
Another summer day
Has come and gone away
In Paris and Rome
But I wanna go homeeee.
“Lagunya nyesek ya bang” tiba-tiba Damar bersuara
Arya cuma diam saja.Damar tak berani mengeluarkan kata lebih banyak lagi. Arya masih tidak bisa menerima bahwa saat ini dia sedang dalam perjalanan kembali ke kontrakan dan bukan dalam pesawat menuju ke Samarinda. Perjalanan ke Samarinda yang bukan hanya untuk sekadar berlebaran namun juga untuk melepas rindu yang telah lama ia simpan. Rindu kepada orangtuanya, kucing peliharaanya, suasana kota kelahirannya dan juga rindu pada Bening, kekasihnya.
“Ganti satsiun radio lain bisa pak?” ujar Arya.Tepat ketika lagu itu akan memasuki bagian reff.
FF ini ditulis oleh Chalriz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar