Kulayangkan pandangku melalui kaca
jendela**). Laju pesawat yang melesat telah membawaku jauh ke dalam
kenangan. Indah. Penuh warna. Senyum merekah dari bibirku. Kini, sebuah
janji akan kutepati kepada seseorang: pulang!
Sudah tujuh tahun aku tidak pernah kembali ke kota asalku di Makassar. Aku habiskan masa-masa tersebut dengan kuliah dan bekerja di Kota Bandung. Aku memang berjanji tidak akan pernah kembali sebelum menjadi orang sukses. Memang berat rasanya, terutama saat aku harus meninggalkan Deviana, kekasihku. Tapi, ini adalah sebuah janji yang takkan pernah bisa aku langgar.
Aku mengenal Deviana saat kami bersekolah di SMA yang sama. Dia adalah teman sekelasku dari kelas satu. Aku menyukainya sejak kali pertama bertemu. Deviana begitu cantik, pintar dan tentunya sangat pengertian. Ternyata mudah untukku bisa menaklukan hatinya. Selang satu bulan perkenalanku dengannya, aku telah menjadi kekasih Deviana.
Kami selalu bersama mengisi waktu selama SMA. Setiap ada aku, Deviana selalu ada di sisiku. Tak terpisahkan. Menghabiskan waktu berdua. Menikmati sunset di Pantai Losari atau pergi ke perpustakaan untuk belajar. Ah, meski kami berdua pacaran tapi kami saling bersaing untuk mendapatkan juara satu –dan Deviana-lah yang selalu unggul *sigh*. Kesenangan itu pun usai sampai akhirnya aku diterima di ITB.
Perjalananku selama di Bandung benar-benar memberiku banyak hal, khususnya tentang arti kesetiaan. Tak mudah menjalani hubungan jarak jauh dengan Deviana. Well, okay, aku akui tertarik dengan wanita lain di sana. Namanya Revianti Keumala, teman kerjaku di kantor. Tanpa sepengetahuan Deviana, aku menjalin hubungan dengan Revi.
Hubunganku dengan Revi hanya bertahan tiga bulan saja. Selepas kami pulang kantor, aku mengajaknya makan di kafe favorit kami. Sama seperti hari-hari lain, kami berbincang asyik sambil sesekali bercanda. Suara dering handphone-ku memecah keasyikan kami berbincang. Damn! Handphone-ku terletak di atas meja dan Revi dengan jelas melihat nama yang menghubungiku: Lovely Deviana. Seketika emosi Revi meluap. Aku hanya bisa diam karena memang percuma mengelak. Revi pun pergi dari kehidupanku. Menyisakan penyesalan teramat dalam bagiku.
Pesawat yang kutumpangi telah mendarat sempurna di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Bergegas aku menumpang taksi. Aku harus mengunjungi suatu tempat.
Sungguh mengesalkan datang ke tempat ini di hari Sabtu. Ramai. Membuatku kesulitan mencari Deviana. Aku menemukan dia sedang berdiri di bibir pantai. Menanti sunset yang selalu kami nikmati sepulang sekolah dulu. Deviana melirik ke arahku yang sedari tadi aku pandangi wajah cantiknya.
“Haiii ...” Aku tersenyum ke arah Deviana. “Aku pulang. Aku kembali untuk menepatiku janjiku padamu.”
“Aku tahu kamu pasti kembali,” kata Deviana sambil tersenyum.
Kami pun berpelukan di bawah indahnya sunset Pantai Losari. Menikmati kerinduan. Deviana mencubit pinggangku dengan keras. Sakit! Deviana melotot. Mukanya merah padam seperti kepiting rebus. “Ternyata selama ini kamu selingkuh, yaaa?!”
*) Terinspirasi dan dikembangkan dari lagu Padi berjudul Perjalanan Ini dari Album Sesuatu yang Tertunda (2002). Produksi Sony Music Entertainment Indonesia.
**) Dikutip dari lirik lagu Perjalanan Ini oleh Padi.
-hQZou-
Buitenzorg, 11 Juni 2013
Sudah tujuh tahun aku tidak pernah kembali ke kota asalku di Makassar. Aku habiskan masa-masa tersebut dengan kuliah dan bekerja di Kota Bandung. Aku memang berjanji tidak akan pernah kembali sebelum menjadi orang sukses. Memang berat rasanya, terutama saat aku harus meninggalkan Deviana, kekasihku. Tapi, ini adalah sebuah janji yang takkan pernah bisa aku langgar.
Aku mengenal Deviana saat kami bersekolah di SMA yang sama. Dia adalah teman sekelasku dari kelas satu. Aku menyukainya sejak kali pertama bertemu. Deviana begitu cantik, pintar dan tentunya sangat pengertian. Ternyata mudah untukku bisa menaklukan hatinya. Selang satu bulan perkenalanku dengannya, aku telah menjadi kekasih Deviana.
Kami selalu bersama mengisi waktu selama SMA. Setiap ada aku, Deviana selalu ada di sisiku. Tak terpisahkan. Menghabiskan waktu berdua. Menikmati sunset di Pantai Losari atau pergi ke perpustakaan untuk belajar. Ah, meski kami berdua pacaran tapi kami saling bersaing untuk mendapatkan juara satu –dan Deviana-lah yang selalu unggul *sigh*. Kesenangan itu pun usai sampai akhirnya aku diterima di ITB.
Perjalananku selama di Bandung benar-benar memberiku banyak hal, khususnya tentang arti kesetiaan. Tak mudah menjalani hubungan jarak jauh dengan Deviana. Well, okay, aku akui tertarik dengan wanita lain di sana. Namanya Revianti Keumala, teman kerjaku di kantor. Tanpa sepengetahuan Deviana, aku menjalin hubungan dengan Revi.
Hubunganku dengan Revi hanya bertahan tiga bulan saja. Selepas kami pulang kantor, aku mengajaknya makan di kafe favorit kami. Sama seperti hari-hari lain, kami berbincang asyik sambil sesekali bercanda. Suara dering handphone-ku memecah keasyikan kami berbincang. Damn! Handphone-ku terletak di atas meja dan Revi dengan jelas melihat nama yang menghubungiku: Lovely Deviana. Seketika emosi Revi meluap. Aku hanya bisa diam karena memang percuma mengelak. Revi pun pergi dari kehidupanku. Menyisakan penyesalan teramat dalam bagiku.
Pesawat yang kutumpangi telah mendarat sempurna di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Bergegas aku menumpang taksi. Aku harus mengunjungi suatu tempat.
Sungguh mengesalkan datang ke tempat ini di hari Sabtu. Ramai. Membuatku kesulitan mencari Deviana. Aku menemukan dia sedang berdiri di bibir pantai. Menanti sunset yang selalu kami nikmati sepulang sekolah dulu. Deviana melirik ke arahku yang sedari tadi aku pandangi wajah cantiknya.
“Haiii ...” Aku tersenyum ke arah Deviana. “Aku pulang. Aku kembali untuk menepatiku janjiku padamu.”
“Aku tahu kamu pasti kembali,” kata Deviana sambil tersenyum.
Kami pun berpelukan di bawah indahnya sunset Pantai Losari. Menikmati kerinduan. Deviana mencubit pinggangku dengan keras. Sakit! Deviana melotot. Mukanya merah padam seperti kepiting rebus. “Ternyata selama ini kamu selingkuh, yaaa?!”
*) Terinspirasi dan dikembangkan dari lagu Padi berjudul Perjalanan Ini dari Album Sesuatu yang Tertunda (2002). Produksi Sony Music Entertainment Indonesia.
**) Dikutip dari lirik lagu Perjalanan Ini oleh Padi.
-hQZou-
Buitenzorg, 11 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar