... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ... Selamat datang di blog GenkBooks, Selamat menikmati karya-karya kami ...

Kamis, 29 Agustus 2013

[Surat Pendidikan]

Teruntuk: pelaku pendidikan tanah air.

Menuliskan beberapa huruf yang membentuk kata hingga kalimat disini bagi saya adalah sebuah kesempatan yang luar biasa. Menjabarkan setiap maksud, pendapat, dan sudut pandang saya terhadap pendidikan di bumi pertiwi seluas-luasnya.

Saya paham betul seberapa penting pendidikan bagi anak-anak bangsa. Mengenyam pendidikan dari yang paling kanak-kanak, hingga masa remaja, adalah hal yang ―seharusnya― wajib dilakoni. Tapi, untuk bisa melakoni itu semua dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, salah-salah bisa sampai ratusan juta. 

Namun, apalah arti ratusan juta untuk sebuah pelajaran hidup dan akhlak yang pekerti? Tentunya jumlah sebanyak itu sumbut* dengan apa yang didapat oleh anak-anak pengenyam masa pendidikan.

Tapi bagi sebagian anak malah mengenyahkan soal itu. Mereka asyik bermain dilingkungan sekolah, lebih banyak 'main-main' ketimbang mengerjakan tugas. Tanpa tahu apa tujuan mereka berada disana, masa bodoh dengan berapa banyak biaya yang dikeluarkan orang tua mereka, bahkan tidak tahu apa cita-cita mereka.


Tentu dalam hal ini Bapak / Ibu guru tak mungkin tak acuh. Pendidikan budi pekerti diberikan disela pendidikan umum. Ada yang benar-benar memahami apa yang dibicarakan, ada yang sebenarnya tahu namun tak acuh, ada pula yang benar-benar tak mau menangkap teorinya. Ada.

Bapak / Ibu Guru, entah harus seberapa juta terimakasih yang saya berikan.
Mungkin saat itu saya hanya dapat menjadi seorang siswi yang mencoba paham, mengerti, acuh, dan menganggap itu adalah sebuah penghargaan kecil yang dapat saya berikan. Jika waktu itu saya bekerja akan saya berikan beberapa lembar hasil keringat saya sebagai tips (hehehe...).

Maaf, saya berbicara terlalu banyak disini. Jika tulisan ini sampai ke pangkuan Bapak / Ibu Guru, simpan baik-baik sebagai tips, ya! ;;)


Semoga kita masih bisa bertemu walau sekedar bersapa-ria.

Semarang, 29 Juli 2013


Terimakasih.




Sumbut = seimbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar